Safari Pencerahan, Gus Ghofur: Risalah Keagamaan dan Kebangsaan Saling Berkaitan
RIAU24.COM - PEKANBARU- Rektor Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah (Jateng), Dr KH Abdul Ghofur, Lc, MA, mengatakan, Nabi Muhammad SAW dalam menyiarkan dan menegakkan agama Islam melakukan dua hal mendasar.
Kedua hal tersebut adalah Risalah Keagamaan dan Kebangsaan. Risalah keagamaan terkait dengan ketauhidan, akhlak serta spiritual lainnya. Sedangkan Risalah Kebangsaan, Nabi Muhammad memiliki misi mulia, bagaimana memerdekakan bangsa Arab dari penjajanah Romawi, Persia dan bangsa asing lainnya.
zxc1
"Jadi, dua risalah tersebut, keagamaan dan kebangsaan tidak bisa dipisah-pisahkan. Dua unsur ini jadi satu, tak terpisahkan dan tak perlu dipertentangkan satu dengan lainnya," kata Gus Ghofur, sapaan putra dari Almarhum KH Maimun Zubair (Mbah Maimun), di depan ratusan mahasiswa Universitas Riau (UNRI), Rabu, 18 Desember 2019, di Auditorium Sutan Balia FISIP.
Ia kemudian mencontohkan, bagaimana Nabi Musa membawa kedua risalah tersebut untuk bangsa Bani Israil atau Yahudi saat dibawah rezim kezaliman Firaun di Mesir. Selain mengesakan Allah, Nabi Musa juga memerdekakan Bangsa Yahudi dan mencari negara impian bagi bangsanya, Yahudi.
zxc2
"Jadi, tak perlu dipertentangkan. Risalah Keagamaan dan Kebangsaan itu. (Hanya) di Indonesia kedua risalah tersebut mampu mewarnai. Bahkan, di negara Arab, terkoyak-koyak mereka," kata Gus Ghofur.
Ia menjelaskan, Islam di Indonesia saat ini, menjadi percontohan dan harapan bagi banyak negara dengan penganut Islam di dunia.
"Islam di Indonesia ini menjadi harapan di luar sana," kata Gus Ghofur.
Ia menjelaskan, kehidupan berbangsa di Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam berjalan dengan aman dan damai. Antara Islam dan nilai kebangsaan, katanya, berjalan dengan baik dan seiringan.
"Bisa tenang, tidak konfrontasi antara (risalah) keislaman dan kebangsaan. Semua ingin mencontoh di sini," ujarnya.
Gus Ghofur mengatakan, terkadang banyak mahasiswa dan generasi muda tidak menyadari hal tersebut. Bahkan, ada beberapa pihak justru ingin mencontoh kehidupan berbangsa dan Islam dengan negara lain.
"Kita itu kadang-kadang menyontoh di sana (luar negeri), padahal di sana ingin contoh di sini (Indonesia). Ini akan kita sampaikan harapan banyak negara muslim di dunia itu ada di sini (Indonesia)," jelasnya.
Anak kelima Mbah Maimun ini mengatakan, Indonesia dibangun dengan menerapkan Pancasila. Para ulama menjadi pendiri bangsa juga telah mengakui Pancasila sebagai dasar pemersatu.
"Semuanya kita sampaikan risalah tentang Islam di Indonesia. Negara ini sudah dibangun para ulama dengan bentuk seperti ini, dengan Pancasila-nya denga NKRI-nya," tuturnya.
Gus Ghofur hari ini melakukan Safari Pencerahan di sejumlah perguruan tinggi. Safari diawali di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) dan dilanjutkan ke Universitas Riau. Safari hari pertama diakhiri di Pondok Pesantren Dar el Hikmah dengan memberikan tausiyah.
Pada Kamis besok, safari dilanjutkan ke Universitas Lancang Kuning (Unilak) dan Universitas Islam Riau (UIR) serta Dialog Kebangsaan dengan komponen organisasi kemahasiswaan ekstra kampus.
Gus Ghofur lulusan Al Azhar Kairo, Mesir. Ia senior Ustad Abdul Somad (UAS). Gus Ghofur masuk Al Azhar tahun 1993 dan tamat 1997, atau empat tahun menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir.
Semua hasil ujian Gus Ghofur selalu mendapatkan nilai Jayiid Jiddan, sebuah prestasi langka untuk mahasiswa Indonesia di Kairo. Pencapaian prestasi itu dipertahankan Gus Ghofur hingga melanjutkan studi S2 di jurusan sama.
Selama menempuh S2 di Jurusan Fasir Al Azhar, kairo, Gus Ghofur selalu mendapat hasil akhir Jayyid Jiddan. Keberhasilan itu tidak lepas dari ketekunan dan kesabarannya semakin meningkat selama belajar di Kairo.
Tentang hal ini ada kawan Gus Ghofur bercerita, “Sing ngajari bahasa Inggris Gus Ghofur, ki, aku. Eh, pas ujian aku mung Jayyid Jiddan, Gus Ghofur malah mumtaz”.
Siapa tidak tahu kalau ketika pertama kali datang ke Kairo, Gus Ghofur Awam bahasa Inggris. Namun ketekunan dan kesabarannya telah berhasil menjinakkan ujian bahasa Inggris di Al-Azhar.
Pada 2002, Gus Ghofur menyandang gelar Master dengan menulis tesis setebal 700 halaman, harus mencantumkan banyak maraji’. Padahal tradisi menulis baru ia tekuni sejak tahun keempatnya di Kairo.
Orang mengenal Ghofur kecil dan tidak mengikuti perkembangannya di Kairo pasti terheran-heran ketika googling “Abdul Ghofur Maimoen” di internet. Sebab hasil googling itu akan menampilkan berbagai tulisan beliau yang pernah dimuat di dunia maya. Dari Abdul Ghofur gagap menuslia menjadi Abdul Ghofur produktif menulis.
Gus Ghofur mengakhiri masa lajangnya pada 2003. Gadis beruntung dipersuntingnya adalah Nadia, putri KH Jirijis bin Ali Ma’shum Karpyak Yogyakarta.
Jika di thesis, Gus Ghofur menulis dengan 700 halaman, maka untuk desertasinya, ia menulis setebal 1.700 halaman, terbagi menjadi 2 jilid disidangkan di Auditorium Abdul Halim Mahmud, Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar.
Ia lulus setelah dapat mempertahankan desertasinya berjudul Hasyiah Al-Syekh Zakaria Al-Anshary Ala Tafsir Al-Baidhawy, Min Awwal Surah Yusuf Ila Akhir Surah l-Sajdah dengan hasil mumtaz ma’a martabati syarafil ula (summa cumlaude) dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. (Rilis/Riki)