Masih Teka-teki, 2 Hari Lagi Mau Dilantik, Jokowi Masih Rahasiakan Dewan Pengawas KPK
RIAU24.COM - Hingga saat ini, siapa saja orang yang akan duduk dalam Dewan Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), masih menjadi tanda tanya. Padahal, dalam dua hari ke depan, mereka akan segera dilantik Presiden Jokowi. Namun hingga saat ini, Presiden Jokowi masih merahasiakan nama-nama yang bakal duduk dalam Dewas KPK tersebut.
Untuk diketahui, masa tugas pimpinan KPK masa jabatan 2015-2019 yang diketuai Agus Rahardjo, akan berakhir pada 20 Desember 2019, atau dua hari lagi. Selanjutnya, mereka akan digantikan pimpinan KPK yang baru diketuai Firli Bahuri.
Dilansir republika, Rabu 18 Desember 2019, Presiden Jokowi akan melantik pimpinan baru KPK bersamaan dengan Dewan Pengawas. Seperti diketahui, Dewas KPK menjadi komponen baru pemberantasan korupsi sesuai amanat dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK.
Terkait siapa saja yang akan duduk dalam Dewas KPK, pada pekan lalu Jokowi mengatakan proses pemilihan belum selesai karena harus memperhatikan rekam jejak calon anggota Dewan Pengawas satu demi satu.
Langkah ini harus dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan. Selain itu, pengungkapan Dewan Pengawas tak segera dilakukan untuk menghindari masyarakat yang kecewa lantas merundung atau mem-bully mereka. Namun Presiden menjanjikan Dewan Pengawas KPK akan diisi orang-orang terbaik yang berkomitmen dalam pemberantasan korupsi.
Posisi Dewan Pengawas di KPK akan menjadi posisi yang sangat strategis, karena fungsinya berdaya penuh. Sesuai UU No19 Tahun 2019, Bab VA, Dewan Pengawas berwenang memberikan izin penyadapan, penggeledahan, hingga penyitaan barang bukti.
Selain itu, Dewas KPK juga mengawasi kerja KPK, menetapkan kode etik, evaluasi tugas pimpinan dan anggota KPK setahun sekali, hingga menyerahkan laporan evaluasi kepada presiden dan DPR.
Untuk periode pertama, Dewan Pengawas KPK akan dipilih langsung oleh presiden. Untuk selanjutnya dipilih melalui panitia seleksi dan DPR sebagaimana proses pemilihan calon pimpinan KPK. Tapi hingga menit-menit terakhir, Presiden Jokowi tetap memilih menyimpan rapat-rapat nama calon Dewan Pengawas KPK.
Meski masih rahasia, sejumlah nama disebut-sebut bakal menduduki posisi ini. Di antaranya mantan pimpinan KPK Tumpak Hatorangan Panggabean, mantan Hakim Agung MA Gayus Lumbuun, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Adi Toegarisman, Guru Besar Hukum Pidana dari Universitas Krisnadwipayana yang juga mantan Plt Pimpinan KPK Indriyanto Seno Adji, dan mantan Dirjen Administrasi Hukum Umum (AHU) yang juga mantan Pansel Capim KPK Harkristuti Harkrisnowo.
Selain itu, juga beredar nama Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Romli Atmasasmita, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Marcus Priyo Gunarto, dan wartawan senior Budiman Tanurejo.
Sejauh ini, baru Yusril Ihza Mahendra yang memberikan komentar. Ia mengaku, sejauh ini belum pernah dikontak atau diberitahu terkait hal itu. Tak hanya itu, Yusril juga dengan terang-terangan menyatakan tak berminat pada jabatan itu.
Menurut Yusril, informasi yang menyebutkan namanya sebagai salah satu calon Dewan Pengawas KPK hanyalah kabar burung. Tak terbukti kebenarannya, karena faktanya tak pernah ada yang menghubungi Yusril untuk meminta kesediaan.
Kepastian soal siapa yang akan menjadi Dewan Pengawas KPK, akhirnya dijawab lugas oleh Menkopolhukam Mahfud MD. Meski setali tiga uang dengan Jokowi yang menolak menyebut nama, namun Mahfud memastikan nama-nama Dewan Pengawas sudah dikantongi oleh Presiden.
Mahfud menjamin, nama-nama yang muncul akan menjadi kejutan. "Kalau saya sebut sekarang, tak ada kejutan lagi," ujarnya.
Sedangkan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang tak membenarkan atau membantah soal calon anggota Dewan Pengawas yang mulai ramai disebut publik. Menurutnya, nama-nama yang beredar memang dipertimbangkan berdasarkan portofolio-nya. Tapi ia berharap portofolio tentang seorang calon tak menjebak.
"Bisa saja orang ini pernah ini, pernah itu, tapi jangan terjebak di situ. Portofolio jangan menjebak. Saya tak pernah terjebak portofolio dan biodata. People change, orang bisa berubah. Lihat saja nanti, dan kita awasi saja," ujarnya, dilansir viva. ***