Menu

Peneliti Formappi Sebut Penunjukkan Staf Khusus Milenial Cara Jokowi Tutupi Lingkaran Oligarki

Muhammad Iqbal 24 Nov 2019, 08:53
Presiden Joko Widodo bersama staf khusus presiden milenial
Presiden Joko Widodo bersama staf khusus presiden milenial

RIAU24.COM - Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo menunjuk 12 staf khusus untuk mendampinginya selama pemerintah periode kedua 2019-2024.

Tujuh dari 12 orang yang ditunjuk sempat mencuri perhatian karena merupakan generasi milenial dan usianya 20 hingga 30-an tahun. Mereka sengaja ditunjuk Jokowi untuk bertugas "mengembangkan inovasi-inovasi di berbagai bidang."

Mengenai hal tersebut, Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Lucius Karus mengatakan politik bagi-bagi kekuasaan bukan barang baru di pemerintahan Jokowi. Tak hanya sekarang, tapi sejak periode pertamanya. 

"Saya kira sih itu sudah jadi ciri khas utama pemerintahan Jokowi Jilid II ini. Akomodatif yang akhirnya mengangkangi prinsip efisiensi dan efektifitas yang didengung-dengungkannya," ujar Lucius dilansir dari Tirto.id, Sabtu, 23 November 2019.

zxc1

Dijelaskan Lucius, melalui tujuh staf khusus milenial, ditambah menteri-menteri dan wakil menterinya ini, Jokowi berupaya menutupi lingkaran oligarki dalam pemerintahannya. 

Masih menurut Lucius, Jokowi dinilainya terlihat hanya menyenangkan lingkaran oligarki yang telah berjasa memenangkan Jokowi dua periode. 

"Jokowi sulit untuk melepaskan dirinya dari oligarki di belakangnya dan ini yang nampaknya lebih berperan dalam menentukan para pembantunya," jelas Lucius. 

Dijelaskannya lagi, dengan memilih staf khusus milenial, Jokowi sedang membuat citra bahwa dirinya adalah sosok yang dekat dengan milenial. Padahal, kata Lucius, mantan Wali Kota Solo itu hanya menutupi lingkaran oligarki di pemerintahannya.
zxc2

Jika mendukung milenial berinovasi, kata dia lagi, maka tugas Jokowi seharusnya menyiapkan lapangan pekerjaan dengan segala kondisinya agar membuka ruang bagi anak-anak muda memiliki pemikiran yang inovatif. 

Pilihan Jokowi merekrut milenial masuk dalam ring Istana, menurut Lucius, bukan pilihan tepat demi menghargai milenial. Pasalnya, milenial masih dianggap tak cocok dengan budaya kekuasaan yang dikuasai oligarki dan juga gagasan yang kuno. 

"Dengan masuk ke lingkaran istana, ruang inovatif itu sudah dikerangkeng oleh Jokowi karena anak milenial itu dituntut untuk bekerja dan mengabdi pada kepentingan penguasa. Bagaimana mau inovatif dan kreatif jika sudah dibatasi," tutup Lucius.