Mantan Jenderal India Dikecam Gara-gara Menyerukan Pemerkosaan Massal Muslimah Kashmir
RIAU24.COM - Selasa 19 November 2019- Mayor Jenderal Purnawirawan SP Sinha, eks jenderal tentara India dikecam. Hal itu disebabkan pernyataan kontroversialnya yang menyuruh agar muslimah di Kashmir di perkosa oleh pasukan keamanan.
Seperti dilansir dari Sindonews, pernyataan tidak manusiawi Sinha itu disampaikannya saat perdebatan panas di stasiun televisi. Dalam perdebatan di channel TV9 Bharatvarsh, Sinha, yang kini menjabat anggota Partai Bharatiya Janata (BJP)—partai berkuasa—awalnya membahas eksodus keluarga non-Muslim dari Lembah Kashmir.
Sejak 1990-an, ratusan ribu orang terpaksa mengungsi, ketika mereka menjadi sasaran pemberontakan Muslim sejak kampanye pembersihan etnis. kekisruhan terjadi bahkan penculikan, pemekorsaan, pembunuhan, dan kejahatan lain terjadi.
Saat perdebatan sengit, Sinha terlihat sangat mendukung kejahatan perang. "Kematian untuk kematian, perkosaan untuk pemerkosaan," teriaknya.
Mantan jenderal militer ini telah dituduh secara historis menggunakan pemerkosaan sebagai strategi. Pada tahun 1991, Sinha saat itu mengumpulkan penduduk desa Sikh di sebuah daerah, menyerukan "penciptaan ras baru untuk Punjab" ketika militer India menghancurkan gerakan Sikh di Punjab.
Memang Human Rights Watch 1996 melaporkan India memakai pemerkosaan untuk "taktik kontra-pemberontakan" di Kashmir yang diduduki India sebagai teror penduduk. Sejak tahun ini, seorang pemimpin Partai Bharatiya Janata dicopot dari posisinya setelah dirinya menyerukan orang-orang Hindu agar memerkosa wanita Muslim di gang-gang secara terbuka di jalanan.
Para warganet India yang mendengar seruan mantan jenderal itu marah. Bahkan mengkhawatirkan masa depan negara mereka.
Beberapa orang menunjukkan bahwa Sinha hanya mempublikasikan realitas yang sudah ada di lapangan dan bahwa dia bukan yang pertama atau satu-satunya yang mengadvokasi taktik semacam itu.
Sebagai informasi Kashmir telah diduduki India telah berada di bawah jam malam militer sejak 5 Agustus 2019, ketika Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi mencabut status otonomi wilayah itu dan menangkap ribuan orang.
Seruan jahat Sinha kemudian ditegur sesama panelis yang menuntut permintaan maaf. Tapi Sinha bersikukuh pendapatnya, bahkan mendapat dukungan beberapa anggota audiensi.
Seruan itu memicu kecaman marah dari beberapa veteran India. Pensiunan Letnan Jenderal Vinod Bhatia, yang menjabat sebagai direktur jenderal operasi militer, mencap Sinha sebagai orang yang mencari sensasi.
Menyikapi pernyataan Sinha, Angkatan Darat India tidak akan mematuhinya. Menyatakan bahwa seorang perwira pensiunan tidak terikat oleh kode etik militer. (Riki)