Siapa Sangka, Mulai dari AHY Hingga Gibran dan Kaesang Juga Pakai Celana Cingkrang
RIAU24.COM - Heboh terkait pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi soal celana tinggi cingkrang, masih menjadi perdebatan panas. Padahal, saat ini cukup banyak tokoh muda atau milennial yang suka pakai celana di atas mata kaki, alias celana cingkrang saat ini. Intinya, celana cingkrang saat ini sudah mulai menjadi fesyen yang mulai digandrungi.
Bahkan, dua putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep, juga pernah terlihat memakai celana cingkrang. Begitu juga halnya dengan putra sulung mantan Presiden RI SBY, Agus Harimurti Yudhoyono.
Dilansir viva, Minggu 3 November 2019, Gibran memakai celana di atas mata kaki ketika mendatangi rumah Ketua Umum PDI Perjuangan di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat pada Kamis, 24 Oktober 2019.
Sedangkan Kaesang juga pernah foto memakai celana di atas mata kaki saat berbincang dengan sang ayah. Foto itu diunggah Kaesang di Instagram pada 19 Agustus 2017.
Sedangkan putra mantan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga suka pakai celana cingkrang.
Penampilannya mengenakan celana cingkrang itu diunggahnya pada pada 9 September 2017. Ketika itu, AHY yang sedang mendampingi sang ayah, tampak mengenakan celana cingkrang warna abu-abu saat mendampingi SBY.
Asal tahu saja, masih banyak tokoh-tokoh muda yang suka memakai celana di atas mata kaki atau cingkrang di republik ini, baik politisi, pengusaha, artis dan sebagainya. Sebab, celana cingkrang saat ini bisa dikatakan sudah menjadi fesyen di kalangan milenial.
Fesyen, Bukan Radikal
"Ya enggak bisa diidentikkan dengan radikal. Wong sekarang aja celana model cingkrang udah booming di anak muda. Jangankan model begitu, sorban dan gamis ala Timur Tengah juga sudah booming kok," lontarnya.
Menurut dia, soal aturan atau larangan cadar dan celana cingkrang bagi aparatur sipil negara (ASN) di instansi terkait tentu menjadi wewenang pemerintah.
"Tapi, jika larangan itu dibawa ke publik, saya pikir itu harus dibahas lebih dalam dan komperehensif. Sebab, dipastikan akan ada banyak hambatan jika itu diterapkan di ruang publik," ujarnya. ***