Menu

Tak Dapat Jatah Menteri, Maruf Amin Minta Maaf ke Relawan

M. Iqbal 26 Oct 2019, 14:17
Wakil Presiden Maruf Amin
Wakil Presiden Maruf Amin

RIAU24.COM - Pemerintahan Jokowi-Maruf Amin telah mengumumkan dan melantik para menteri dan wakil menteri yang masuk dalam Kabinet Indonesia Maju. Meskipun terdapat pro dan kontra dalam beberapa kalangan.

Masih berkenaan hal itu, Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta maaf kepada relawan, yang tak mendapatkan jatah menteri maupun wakil menteri di Kabinet Indonesia Maju.

"Saya minta maaf kepada para relawan, karena mungkin banyak yang tidak bisa tertampung. Karena menterinya cuma 34," kata Ma'ruf dikutip dari Tempo.co, Sabtu, 26 Oktober 2019.

zxc1

Maruf menjelaskan, karena jatahnya tak banyak, terpaksa para relawan tidak kebagian. Tak hanya jatah menteri, jatah wakil menteri pun hanya 12. "Mudah-mudahan ada wakilnya wakil menteri. Supaya lebih banyak lagi bisa tertampung," ujarnya.

Dia juga menyampaikan permohonan maaf lagi atas nama dirinya dan Jokowi. Maruf mengatakan, menjadi menteri dan wakil menteri bukan soal pintar dan hebat, tetapi karena takdir.

"Karena memang garis tangan. Jadi kamu yang tidak terpilih jadi menteri, wakil menteri, tangannya belum ada garisnya. Kenapa tidak dari kemarin digarisin sendiri itu," ucapnya.
zxc2

Masih kata Maruf, menjadi wakil presiden, juga sudah garis tangan. Pasalnya, ia tak pernah bercita-cita menjadi wakil presiden. Tetapi ingin tetap menjadi seorang kiai. "Saya memang maunya jadi kiai, disuruhnya jadi kiai, makanya saya jadi Rais Aam PBNU, Ketua MUI. Tapi, rupanya garis tangan. Pak Jokowi mengajak saya untuk jadi wapres. Dan ternyata jadi. Itu garis tangan," terangnya.

Ma'ruf juga sempat bercerita tentang orang tua yang sedang menanam pohon. Orang tua yang menanam pohon tidak akan menikmati hasilnya. Sebab, hasilnya akan dinikmati untuk generasi yang akan datang. Karena itu, dia bertekad jika jadi wapres dan membantu presiden, ia ingin bisa mengantarkan Indonesia menjadi negara maju.

"Bukan untuk saya, tapi untuk generasi Indonesia yang akan datang."