Pengamat Sebut Ini Penyebab Tipisnya Kemungkinan Demokrat Terima Jatah Menteri dari Jokowi
RIAU24.COM - Meski sudah terang-terangan menyatakan dukungannya terhadap pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin, namun peluang Partai Demokrat untuk mendapatkan jatah menteri pada kabinet kedua Jokowi, dinilai sangat tipis. Meski pun sebelumnya sudah ada upaya dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjalin komunikasi dengan Jokowi di istana beberapa hari lalu.
Menurut pengamat politik Universitas Andalas Najmuddin M Rasul, sejauh ini Demokrat tetap memiliki ganjalan. Yakni tidak adanya restu restu dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri, yang merupakan pendukung utama Jokowi. Hal itu disebabkan selama ini, SBY dan Mega memang memiliki hubungan yang kurang harmonis.
"Hubungan SBY dan Megawati tidak pernah harmonis. Kedua tokoh ini sulit untuk disatukan," kata Najmuddin, kepada republika, Selasa 22 Oktober 2019.
Untuk diketahui, hubungan SBY dan Megawati sudah retak sejak tahun 2004 silam. Ketika itu, SBY merupakan salah satu menteri utama di pemerintahan Megawati sejak 2001-2004 dengan jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.
Namun saat akhir pemerintahan Mega, SBY memilih mundur dan berjuang bersama Partai Demokrat yang ia dirikan sejak 2001. SBY mengalahkan Mega di Pilpres 2004. Sejak saat itu, ada kesan dari Mega bahwa SBY telah mengkhianatinya di kancah politik.
Oposisi Kritis
Agar suaranya bisa naik, Najmuddin menilai, Demokrat dan SBY harus menjadi oposisi yang kritis bagi pemerintah. Tidak seperti lima tahun belakangan saat sikap SBY dan Demokrat selalu abu-abu.
Bila sudah kuat lagi, Demokrat dapat memudahkan jalan AHY menjadi capres 2024. Apalagi, di luar pemerintahan, Demokrat bisa bergandengan dengan PKS dan PAN yang sudah hampir pasti akan menjadi oposisi.
Sperti dirlilis sebelumnya, hingga Selasa ini, belum ada tanda-tanda Jokowi akan memanggil calon menteri dari Partai Demokrat. Meski pun partai berlambang mercy itu telah menegaskan dukungan terhadap pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. ***