Menu

Ini Baru Benar, Mesjid Terkena Peluru Meriam Air, Polisi dan Pemimpin Hongkong Langsung Minta Maaf

Satria Utama 22 Oct 2019, 09:21
Polisi tembakan meriam air ke arah demonstran yang berada di depan mesjid
Polisi tembakan meriam air ke arah demonstran yang berada di depan mesjid

RIAU24.COM -  Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam mengunjungi masjid terbesar kota itu untuk meminta maaf setelah masjid tersebut terkena tembakan meriam air berwarna biru. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Minggu (20/10) ketika para petugas bentrok dengan pengunjuk rasa pendukung demokrasi.

"Lam menyampaikan permintaan maaf atas penyemprotan secara tidak sengaja terhadap pintu masuk utama dan gerbang masjid," demikian pernyataan yang dikeluarkan kantornya seperti diberitakan kantor berita AFP yang dikutip vivanews.

Polisi untuk pertama kalinya sejak unjuk rasa terjadi pada permulaan bulan Juni, juga mengeluarkan permintaan maaf secara terbuka.

"Tidak lama setelah kejadian, wakil polisi kami menyampaikan permintaan maaf sedalam-dalamnya kepada imam utama dan pimpinan masyarakat Muslim," kata Cheuk Hau-yip, Komandan Kawasan Kowloon West kepada wartawan.

Terkait permintaan maaf tersebut, Imam masjid mengatakan permintaan maaf Lam telah diterima. Dewan Muslim Hong Kong juga menegaskan masjid bukanlah sasaran polisi.

Bahkan, sejumlah perwira polisi datang meminta maaf dan membantu membersihkan daerah masjid yang terkena tembakan meriam air.

Aparat sudah melarang demonstrasi digelar pada Minggu (20/10), namun masyarakat Hong Kong mengabaikan larangan itu. Puluhan ribu orang datang berunjuk rasa.

Sebagian di antara mereka, yang memakai baju dan masker hitam, melemparkan bom molotov ke kantor polisi di Tsim Sha Tsui. Api kemudian membakar gerbang bangunan itu. Kepolisian kemudian meresponnya dengan melepaskan tembakan gas air mata.

Rangkaian demonstrasi di Hong Kong dipicu oleh rancangan undang-undang yang membuat tersangka kriminal bisa diekstradisi ke China. Warga Hong Kong khawatir hak-hak mereka secara perlahan-lahan dikikis oleh pemerintah China. Karenanya, walau rancangan undang-undang kontroversial itu telah dicabut, warga Hong Kong tetap turun ke jalan.***