Pengamat Ini Sebut Lebih Terhormat Jika Gerindra Jadi Oposisi
RIAU24.COM - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin menilai, Partai Gerindra akan lebih terhormat jika tetap mengambil peran sebagai oposisi. Sebab jika bergabung dengan kekuasaan, akan banyak pemilihnya yang merasa kecewa.
Menurutnya, Prabowo harusnya menyadari bahwa pada Pilpres 2019, ada 68 juta pemilih yang berharap mantan Danjen Kopassus itu menjadi presiden.
"Menjadi oposisi sama-sama terhormatnya dengan berkuasa. Bahkan, menjadi oposisi lebih terhormat karena bisa mengingatkan pemerintah ketika pemerintah salah jalan dan salah arah," ujar dosen politik di Universitas Al Azhar ini, dilansir kompas, Sabtu 12 Oktober 2019.
Ia menilai, langkah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang bertemu Presiden Jokowi, kurang etis jika membicarakan peluang koalisi. Namun ia juga mengakui, dalam politik, manuver Prabowo tersebut merupakan hal yang wajar.
"Jadi masuknya Gerindra ke koalisi Jokowi sebagai bagian dari ingin merapat atau mendapat bagian kekuasaan. Itulah politik, sifatnya cair, dinamis, dan kompromistis. Dulu lawan, sekarang kawan," kata Ujang.
"Begitu juga sebaliknya. Karena koalisi yang dibangun bukan berbasis dan berdasar ideologi, maka koalisi akan mudah pecah," tambahnya.
Ujang mengatakan, idealnya negara membutuhkan oposisi yang kuat dan tangguh dalam mengawasi pemerintah. Hal yang mengkhawatirkan apabila Gerindra dan Demokrat masuk dalam koalisi pemerintah, kontrol terhadap Jokowi-Ma'ruf berkurang sehingga kewenangan cenderung disalahgunakan.
Seperti diketahui, usai pertemuan pada Jumat (11/10/2019) sore kemarin, Presiden Jokowi mengakui, ia dan Prabowo sempat membicarakan masalah koalisi. Namun, pembicaraan itu belum final.
Sementara itu, Prabowo mengatakan pihaknya siap membantu pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin apabila diperlukan. Prabowo menekankan bahwa Partai Gerindra selalu mengutamakan kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara.
Meskipun berbeda pandangan politik dan pernah terlibat rivalitas pada pesta demokrasi, Prabowo meyakinkan bahwa hal itu bukanlah penghalang. ***