Menu

From Zero to Hero, Kisah Warga Sungai Pakning Sukses Lawan Karhutla dengan Arboretum

Satria Utama 6 Oct 2019, 11:40
Tanaman langka Kantong Semar yang terdapat di Arboretum Marsawa
Tanaman langka Kantong Semar yang terdapat di Arboretum Marsawa

RIAU24.COM -  PEKANBARU - Kebakaran lahan seolah menjadi langganan bagi masyarakat Desa Sungai Pakning, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Sejak tahun 2012, setiap musim panas api selalu muncul membakar kawasan tersebut. Puluhan petugas pemadam, baik dari aparat setempat,  dari Pertamina maupun masyarakat berjibaku memadamkannya.

Aktivitas masyarakat setempat juga terganggu. Asap pekat tak hanya mengganggu pernafasan mereka, tapi juga aktivitas ekonomi. Begitu terus berlangsung beberapa tahun hingga tahun 2015 saat bencana kabut asap di Riau mencapai titik terparahnya.

Beberapa warga Desa Sungai Pakning mulai sadar, harus ada upaya lain yang dilakukan agar kebakaran lahan tidak terus terjadi. Diinisiasi  Syamsul dan Sadikin, dua warga setempat, ide untuk memberdayakan kawasan yang sering terbakar menjadi sebuah kawasan wisata edukasi pun muncul. Gayung bersambut, Pertamina Sungai Pakning, perusahaan perminyakan yang beroperasi di kawasan itu menyambut baik rencana pengembangan kawasan tersebut menjadi kawasan Arboretum.

"Mulanya warga banyak yang heran melihat kami menanami kawasan ini dengan berbagai tanaman. Warga menilai apa yang kami lakukan ini tak ada manfaatnya secara ekonomis," ungkap Syamsul, Sabtu (5/9/2019).

Namun anggapan warga ini mulai berubah seiring waktu. Beberapa dampak positif mulai terlihat. Beberapa tanaman yang ditanam di kawasan itu menunjukkan hasil yang menggembirakan. Misalnya nenas yang ditanam di kawasan itu ternyata menghasilkan buah yang berkualitas baik. 

Melihat hasil berkebun nenas yang sangat baik itu warga pun mulai tertarik untuk ikut. Kebun yang dijaga bersama-sama oleh warga dan kelompok koperasi ini telah berkembang sampai 14 Ha lebih. Hasilnya pun telah menjadi berbagai produk turunan seperti Kripik Nanas, Dodol Nanas, bahkan daun-daun nanas yang telah dikeringkan dan dibersihkan, kini telah dirajut menjadi kresek ramah lingkungan.

 "Kini saat merajut kresek ramah lingkungan bukan hanya kesibukkan ibu rumah tangga, karena bapak-bapaknya harus turut serta, ndak mungkin membiarkan ibu-ibuknya sibuk terus, nanti lupa yang dirumah,"Ucap Ssamsul bercanda.

Kini produk-produk olahan itupun bisa ditemukan di Galery yang dikelola warga dibawah koperasi Tani Tunas Makmur Kampung Jawa Binaan Pertamina di kelurahan sungai pakning, yang hanya berjarak 500 meter dari arboretum dan dipinggir jalan Ring road Pakning.

"Upaya untuk menjaga Arboretum ini, juga tersingkronkan dalam forpompa, sebuah forum yang terus kami jalin komunikasinya, dan tim yang siap sedia memadamkan api jika seandainya ada kebakaran lahan gambut di sekitar sungai pakning. Income generate dari kebun nanas dan aktifitas di sekitar arboretumlah yang nantinya menjadi supporting Forpompa yang kini terus siap sedia menjaga keamanan lahan dari percikkan api," ujarnya.

Berkeliling di kawasan Arboretum Marsawa kita akan disuguhkan oleh pemandangan tanaman langka, seperti  kantung Semar  yang juga dikenal sebagai tanaman endemik sumatera yang hampir punah. Di kawasan ini, pengunjung bisa menemukan tujuh jenis tanaman Kantung Semar.

Selain itu juga ada pohon Kelat Tikus yang juga punya keunikan tersendiri. Pohon ini menurut Sadikin menghasilkan oksigen yang lebih banyak dibandingkan tanaman lain sehingga kalau berada di bawah pohon ini terasa lebih segar. "Uniknya lagi, batang pohon Kelat Tikus mampu memancarkan cahaya lebih terang di sekitarnya. Sehingga kalau kita berfoto di bawah pohon ini, warna kulit kita menyerupai warna kulit pohon yang berwarna coklat terang," jelasnya.

"Tanaman ini kita jaga bersama kelestariannya, salah satu upayanya kami sepakati adanya aturan, jangan dipetik atau di rusak, karena ada sanksi denda menanti hingga Rp500ribu rupiah," terang Sadikin.

Di tempat ini juga ada pesanggerahan, sebuah wadah bagi warga untuk saling berbagi pengalaman tentang merawat kebun gambut, dan juga sesekali digunakan oleh siswa-siswa sekolah dasar, dibawah bimbingan gurunya untuk belajar mengenal gambut.

Untuk semakin menarik masyarakat datang ke tempat ini, kawasan Arboretum ini juga dilengkapi sejumlah wahana bermain, seperti flying fox, mandi bola, memanah, dan tempat tempat tidur gantung. 

"Kalau hari Sabtu dan Minggu banyak warga yang datang untuk berwisata ke sini, bahkan ada yang dari luar Bengkalis," ujarnya.

Melihat kesungguhan warga mengelola kawasan gambut tersebut, pihak Pertamina semakin antusias membantu lewat program Coorporate Social Responsibility (CSR).

Menurut manajer Produksi Pertamina Sungai Pakning, Fajar Basuki kepada Riau24.com, pihak Pertamina memandang apa yang dilakukan warga Sungai Pakning tersebut sebagai upaya yang sangat penting. Tidak hanya untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan yang selama ini menjadi momok bagi warga dan perusahaan, namun juga menggerakkan ekonomi rakyat dan kelestarian lingkungan.

 "Saat awal memulai upaya ini memang berat, tetapi dengan keyakinan bersama, kita mencoba agar kebakaran itu tidak lagi terjadi, gambut harus tetap terjaga, kini sambil menanam dan berkebun kami dan warga berpatroli menjaga agar jangan lagi ada api ataupun kebakan-kebakaran yang mengancam lahan gambut ini," ucap Fajar.

Tak berhenti sampai di sini, pihak Pertamina bersama Pemkab Bengkalis juga menginisiasi edukasi tentang gambut dengan merancang kurikulum gambut di tingkat sekolah dasar. "Kami memandang penting untuk memasukkan materi tentang gambut ini di dalam pendidikan agar generasi penerus memahami pentingnya menjaga dan mengelola kawasan gambut secara lestari. Kita tidak ingin apa yang sudah dirintis bapak-bapak ini putus di tengah jalan, kalau bisa malah dikembangkan di tempat lain," harap Fajar.***

 

R24/bara