Masuki Musim Penghujan Kasus Penyakit Demam Berdarah di Bengkalis Meningkat
RIAU24.COM - BENGKALIS- Memasuki musim hujan, tercatat ada peningkatan jumlah kasus demam berdarah dangue (DBD) di Kabupaten Bengkalis. Setidaknya Dinas Kesehatan (Diskes) Bengkalis catat sudah ada 27 kasus DBD.
“Terkait meningkatnya kasus DBD ini, kami menghimbau kepada warga untuk mengantisipasi dan waspada terhadap penyakit DBD,” sebut Kepala Diskes Bengkalis dr Ersan Saputra, TH, melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Alwizar, SKM, Selasa 1 Oktober 2019.
zxc1
Data tersebut didapat dari laporan Sistem Kewaspadaan Dini Respon Puskemas yang diterima Diskes Bengkalis sejak sepekan lalu. Dengan rincian kasus yang terjadi pada UPT Puskesmas Bengkalis 4 kasus, UPT Puskesmas Sungai Pakning 3 kasus, UPT Puskesmas Balai Makam 18 kasus, dan UPT Puskesmas Sebanga 2 kasus.
Menurut Alwizar, nyamuk aedes aegypti menjadikan air bersih yang tertampung sebagai tempat untuk meletakkan telurnya. Kunci pencegahan DBD yaitu disiplin menutup rapat tempat penampungan air bersih, menguras bak mandi/wc, vas bunga, tempat minum hewan ternak dan sebagainya.
zxc2
Minimal setiap 7 hari sekali dan membebaskan pekarangan masing-masing dari gelas dan botol air mineral. Alwizar memahami hampir seluruh masyarakat kita menampung air hujan untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai sumber air minum, mencuci, memasak dan lain-lain.
Untuk pencegahan penyakit DBD ini terletak pada kesadaran warga masyarakat dengan cara displin dalam melaksanakan 3 M. Kemudian, terkait pemberian abate itu tepatnya diberikan pada tempat yang tidak bisa ditutup dan tidak bisa dikuras, misalnya kolam renang dan sebagainya.
Untuk upaya pencegahan, pihak Diskes Bengkalis berharap kepada camat, lurah dan kepala desa untuk terus memotivasi warga dalam melakukan 3 M ini. Baik itu di rumah warga, rumah ibadah seperti mesjid, musholla, gereja, kuil, sekolah-sekolah, pesantren.
Disamping juga UPT Puskesmas diharapkan agar memaksimalkan fungsi surveilans untuk memantau trend kasus dan penyelidikan epidemiloginya. Hal ini penting agar dapat mengetahui dimana penderita kasus DBD. (hari)