Papan ISPU Masih di Level Berbahaya, ini Penjelasan
RIAU24.COM - Papan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) belakangan ini sering menjadi perhatian warga, apalagi sejak Pekanbaru mulai memasuki level berbahaya kualitas udaranya.
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sumatera (P3ES) Regional Sumatera Amral Ferry membagikan sedikit tips bagaimana cara membaca Alat ISPU tersebut.
Hal tersebut menurutnya penting diinformasikan karena dapat menjawab kegelisahaan masyarakat yang bingung karena saat sebagian Riau di guyur hujan, yang terbukti menurunkan kabut asap dan meningkatkan kualitas udara, justru alat ini menampilkan situasi berbahaya.
zxc1
"Jadi kalau mau melihat di layar ISPU yang di jalan-jalan, sebetulnya itu merupakan nilai yang kemaren. Nilai yang ditunjukkan hari kemaren," kata Ferry.
Artinya, jika masyarakat melihat kearah layar ISPU hari ini, informasi tersebut merupakan kondisi udara pada Senin, 24 September 2019 kemarin. Ferry beralasan alat dibuat bekerja mundur 24 jam karena telah diatur oleh undang-undang dan mengarah kepada kebijakan.
"Aneh saja rasanya kalau udara padat anak sekolah langsung di liburkan. Kemudian pas udara membaik anak sekolah tidak di liburkan. Karena ketika pagi ISPU itu naik disebabkan udara padat. Tapi kalau sudah siang ISPU turun. Oleh karena itu karena ISPU mengarah kepada kebijakan maka ISPU dipantau 24 jam," jelas Ferry.
Dia menambahkan, ada lima variabel yang terdapat pada alat ISPU tersebut. Fungsi kegunaan ke lima variabel ini menurutnya juga berbeda-beda. Seperti yang terlihat pada papan yang tertulis PM10, SO2, CO, O3 dan NO2.
"Untuk CO, SO2 sumbernya dari gas buang kendaraan. Kalau jalanan lagi macet, maka alat itu akan tinggi. Kalau ozon menandakan panas. Kalau panasnya terik dia tinggi sedangkan untuk kabut asap ditandai PM10," katanya.
Alat ini bekerja selama 24 jam dari pukul 15.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB berikutnya. Jika hari ini alat ISPU memperlihatkan kondisi berbahaya artinya mengkondisikan pada hari sebelumnya.
"Kondisi 24 jam harus kebagian. Gak bisa per segmen. Sehingga 5 variabel ini harus kebagian. Namun yang ditunjuk oleh layar biasanya yang tertinggi saja. Tidak ke lima-limanya. Kalau sekarang asap kebakaran hutan, berarti PM10 yang tinggi," tuturnya.