Disaingi Fintech, Bank Bakal Kehilangan Uang Rp 3.920 T
RIAU24.COM - Kehadiran startup pembayaran yang menggarap bisnis remitansi dengan mengandalkan kecepatan dan tanpa biaya diprediksi akan memukul dunia perbankan. Setidaknya, perbankan bakal kehilangan pendapatan US$280 miliar atau setara Rp 3.920 triliun pada 2025.
Menurut riset terbaru Accenture, bisnis pembayaran global tahun ini akan bernilai US$1,5 triliun dan menjadi US$ 2 triliun pada 2025, namun sebesar US$280 miliar akan diambil oleh fintech pembayaran.
Munculnya pembayaran instan akan mengurangi kebutuhan akan kartu kredit yang menjadi sumber penghasilan bank dan pengguna akan bisa bertransaksi secara langsung dengan partner bisnis dengan menggunakan teknologi, tulis Accenture, seperti dikutip CNBCIndonesia dari Reuters, Senin (16/9/2019).
"Bank merasakan panasnya persaingan dengan fintech yang menawarkan kecepatan, tak terlihat dan layanan gratis. Bank merasakan kesulitan untuk hadapi gempuran fintech karena sektor ini belum diregulasi dengan ketat seperti bank," ujar Gareth Wilson, head global payment of Accenture.
Accenture mengatakan telah meneliti tren dalam bagaimana konsumen berubah dalam melakukan pembayaran karena adanya teknologi dan pontensi kehilangan pendapatan bank. Diprediksi 8% pendapatan bank dari pembayaran terancam karena adanya layanan tak berbayar.
Lebih dari dua pertiga eksekutif perbankan yang disurvei oleh Accenture setuju bahwa pembayaran menjadi gratis. "Booming digital berarti bank harus mengubah cara mereka berpikir secara mendasar tentang komposisi mendapatkan pendapatan," kata Alan McIntyre dari Accenture.
"Channel yang pernah memberikan bank miliaran dolar buat bank akan hilang," kata Alan McIntyre serta menambahkan bahwa pemberi pinjaman perlu membangun model bisnis digital baru, dan "pembayaran sekali klik merupakan norma baru." ***