Pijar Melayu Minta Antisipasi Karhutla di Masa Mendatang Jadi Prioritas Daerah
RIAU24.COM - PEKANBARU - Prihatin dengan kebakaran hutan dan lahan di Riau, Direktur Eksekutif Pijar Melayu, Rocky Ramadani berkunjung ke Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau yang ditemui langsung Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger.
Kepada Edwar, Rocky menyampaikan dukungan atas penyelesaian permasalahan kebakaran hutan dan lahan.
"Pak Edward menyampaikan bahwa kini jumlah titik panas di Riau sudah jauh menurun drastis, meskipun masih ada dan terus ditangani, kabut asap di Provinsi Riau lebih banyak kiriman dari Provinsi tetangga. Karena itu lah BPBD Riau hari ini mengirimkan bantuan satu unot helicopter WB jenis Kamov ke Provinsi Jambi untuk membantu pemadaman Karhutla di sana," ujar Rocky menirukan.
Kepada BPBD Riau, Pijar Melayu mengapresiasi kerja keras BPBD beserta seluruh satgas karhutla dan relawan yang terlibat dalam penanggulangan Karhutla di Provinsi Riau.
"Masyarakat perlu perimbangan informasi, bahwa ada kerja keras pimpinan BPBD Riau beserta jajarannya yang dibantu TNI, Polri, Manggala Agni BPBD Kabupaten/ Kota beserta relawan yang berjibaku siang malam tanpa lelah memadamkan titik api yg berada di wilayah riau ini," lanjut Mahasiswa Pascasarjana UIR ini.
Meski demikian, Rocky menggarisbawahi terus terulangnya peristiwa Karhutla yang menjadi sorotan nasional, dimana sebelum tahun ini juga terjadi secara massif pada 2015 yang lalu.
"Kami meyakini hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran dalam membuka lahan. Penegakan hukum harus lebih ditingkatkan agar dapat menimbulkan efek jera.Penegakan hukum, tentu menjadi domain aparat Kepolisian, Kejaksaan serta Peradilan, sedangkan BPBD bisa melakukan upaya pencegahan dengan melibatkan seluruh komponen pemerintahan, masyarakat serta pihak swasta yang berkait langsung, yaitu sektor perkebunan," tandas Rocky.
Kepada Kepala BPBD, Pijar Melayu mengusulkan dilakukannya upaya penyuluhan, sosialisasi bertingkat, di tingkat aparatur pemerintahan hingga desa, masyarakat umum, hingga korporasi perkebunan. Kerjasama semua komponen ini diyakini bisa membendung ekskalasi Karhutla di masa mendatang.
"Apalagi saat ini alat pemadaman portable sudah berharga murah, yang bisa diakses memanfaatkan APBD, dana desa atau CSR perusahaan perkebunan. Sehingga begitu terjadi Karhutla, serta merta ada kesiapan lokal dalam penanganan agar tidak membesar dan berdampak luas. Perusahaan perkebunan bahkan bisa mengambil inisiatif melatih warga sekitar agar memiliki relawan bencana kebakaran lahan yang sewaktu-waktu bisa diterjunkan," tandas Rocky.***
R24/phi