Sejumlah Penyair Sambangi Istana Siak, Mengesankan Namun Butuh Inovasi
RIAU24.COM - SIAK - Sejumlah penyair peserta seminar Pra Festival Teater Islam Dunia dari berbagai daerah di Nusantara, dan dari manca negara seperti Malaysia dan Singapura, memilih menyambangi Istana Siak, dalam kunjungan wisata.
Ketua rombongan penyair, H Dheni Kurnia bersama Aris Abeba menyebutkan bahwa setidaknya ada 30 orang yang turut hadir dalam kunjungan ke Siak, namun beberapa diantaranya tidak masuk ke Istana karena mengaku sudah pernah.
"Sebelumnya banyak tawaran untuk kunjungan wisata peserta seminar ini. Namun beberapa peserta mengaku belum pernah ke Istana Siak, dan sangat penasaran untuk melihatnya. Namun beberapa peserta mengaku sudah pernah masuk ke Istana dan kurang minatnya untuk melihat lagi, " terang Deni, yang juga penyair Riau yang belum lama menerima penghargaan sebagai penulis buku puisi dengan karya terbaik di Indonesia.
Diakuinya, bahwa bagi rekan-rekannya sesama penyair, begitu penasaran untuk bisa masuk ke Istana Siak yang begitu tersohor. Namun setelah pernah melihat Istana Siak, rasa ingin melihat kembali jauh berkurang.
"Tadi sempat bertanya kepada sejumlah rekan yang tidak masuk ke Istana, mereka mengaku sudah pernah masuk. Artinya butuh inovasi baru agar tidak hanya cukup sekali untuk berkunjung ke Siak dan melihat Istana dari sebuah kerajaan yang begitu tersohor di jamannya, " lanjut pria plontos, yang juga ketua Dewan Kehormatan PWI Provinsi Riau tersebut.
Saat disinggung tentang inovasi dimaksud, Dheni menggambarkan tentang perlunya menjadikan Istana Siak dan sekitar sebagai kawasan khusus dan perlunya menambah objek wisata fital lainnya.
Beberapa peserta kunjungan, diantaranya Presiden Ziarah Karyawan Nusantara, Yassin Salleh dari Selangor, Mantan Senator Parlemen Malaysia dari Party Keadilan, Syed Syahir Syed Muhammad, Datok Muhammad Kasim, dari Pusat Teater Islam Dunia Kuala Lumpur, AC Jaffri, budayawan Melaka Malaysia, Prof Dr Zaenal Abdul Latif, guru besar fak sastra USM (University Sain Malaysia), Syamsuddin Osman presiden seniman faksi rakyat, dan beberapa penyair lokal berbagai daerah di Sumatera.
Presiden Ziarah Karyawan Nusantara, Yassin Salleh menyebutkan bahwa kunjungannya ke Siak untuk kali pertama, mengesankan bahwa Siak kota yang asri.
"Begitu besar terimakasih saya atas penyambutan yang diberikan rekan-rekan di Siak. Kami juga berharap ada kunjungan rekan ke negeri kami, dan saya akan sambut rekan-rekan, dengan hati yang besar," sebutnya saat akan meninggalkan Siak setelah kunjungan sekitar empat jam tersebut.
Penyair Riau, Aris Abeba mengaku telah beberapa kali ke Siak. Ia mengaku masih begitu penasaran dengan sejarah yang bisa mewakili kondisi sebenarnya tentang kerajaan Siak dilihat dari aspek peninggalannya, dan beberapa sisi lainnya yang menurutnya ada yang belum terungkap.
"Begitu banyak dan luas hal-hal yang telah dilakukan kerajaan Siak sebagai salah satu kerajaan Melayu yang pernah jaya dimasanya. Namun masih miskin referensi sejarahnya, apalagi cerita-cerita rakyat yang bisa diambil hikmah dan pelajaran," urainya.
Lihat saja Istana Siak secara kontruksi menggambarkan bahwa Sulthan Siak memiliki kedekatan hubungan dengan eropa. Kemudian secara kultur Siak memiliki ciri khusus dan mengandung unsur budaya melayu (Islam) yang kental. Meski tetap rukun dengan perbedaan agama rakyatnya. Buktinya berdiri Kelenteng dan Gereja yang tak begitu jauh dengan Istana.
"Kadang perlu membuka ruang adanya cerita baik berdasar sejarah maupun fiksi yang bisa memperkaya budaya Melayu Siak ini. Namun ekspresinya jangan langsung dipatahkan, karena tentu perlu unsur gurauan dan lainnya dengan tetap menjaga unsur tata nilai adat istiadat dan budaya, tanpa kekangan yang kaku," ungkapnya.
Beberapa diskusi lainnya juga diungkapkan para penyair tersebut. Dalam versi sudut pandangnya masing-masing sambil menyandingkan antara kondisi terkini, dengan acuan sejarah dan cerita yang diperoleh tentang lahir, berkembang dan tersohor serta majunya kerajaan Siak, hingga berakhirnya.***
R24/phi/lin