Dari pada Impor Rektor, BEM Nusantara Sebut Lebih Baik Menristek Dikti Saja Yang Diimpor
RIAU24.COM - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menargetkan wacana impor rektor asing untuk memimpin perguruan tinggi negeri (PTN) bisa diterapkan pada 2020 mendatang. Saat ini pihaknya masih menyusun beberapa peraturan untuk menunjang kebijakan tersebut.
Selain itu, Nasir juga masih memetakan PTN apa saja yang bisa mulai mempekerjakan rektor asing pada 2020.
"Kalau tahun ini enggak bisa, saya targetnya di tahun 2020. Target 2020, kita perbaiki (aturan) 2019 harus selesai," kata Nasir di Gedung Kemenristekdikti, Jakarta Pusat, Jumat (2/8).
Nasir tidak mempermasalahkan banyaknya pro dan kontra soal wacana mempekerjakan rektor dan tenaga pengajar di universitas yang bukan berasal dari Indonesia. Bahkan ketidaksetujuan dari pihak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pun menurutnya bukan masalah.
Menanggapi usulan Menristekdikti tersebut, Koordinator Pusat BEM NUSANTARA Hengky primana, mengkritik wacana merekrut orang asing untuk memimpin perguruan tinggi di indonesia.
Menurut Hengky, untuk meningkatkan peringkat PTN seharusnya Menteri punya Konsep untuk perbaikan pendidikan tinggi di Indonesia. Merekrut orang asing untuk menjadi Pimpinan di PTN, menurutnya, adalah bentuk pesimisnya Menristek Dikti dengan potensi para akademisi di Indonesia.
"Pak Menteri janganlah terlalu pesimis dengan potensi akademisi Indonesia, seharusnya potensi pak menteri yang harus diragukan dalam meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia," ujar Hengky.
Logikanya, tambah Hengky, jika belum ada satu pun Rektor yang berhasil mengangkat univeristas di Indonesia ke kelas dunia, berarti potensi Menterinya dalam mengkoordinir para Rektor yang harus dipertanyakan.
"Oleh karena itu saya kasih saran untuk pak Presiden Joko Widodo, dari pada import rektor, lebih baik menterinya dulu yang diganti. Atau sekalian saja Menristekditinya saja yang diimpor," pungkasnya.***
R24/bara