Gara-gara Punya Nama Ini, Kanwil Kemenag Gresik Dituduh Nonmuslim, Padahal Sejak Kecil Sudah Mondok
RIAU24.COM - Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gresik, Markus Firdaus, menjadi korban hoax di media sosial. Gara-gara punya nama Markus dan saat pelantikan dapat papan bungan ucapan dari seorang pendeta, ia dituding berasal dari Non Muslim atau Kristen.
Foto karangan bunga ucapan selamat dan sukses atas dilantiknya Markus sebagai Kepala Kantor Kemenag Gresik dari Pdt. Hendry Hariyono, MTh dan Jemaat Gereja Kemah Tabernakel menjadi viral di media sosial.
Netizen dengan akun #2019GantiPresiden yang mengunggah foto itu juga menulis kata-kata,'Lengkap sudah era Jae! Kakanwil Agama Gresik dipegang pendeta'. Akun Twitter Dian Iskandar juga mem-bully dengan kalimat 'Ketika mayoritas diatur minoritas'.
Komentar itu langsung dibalas oleh netizen lain dengan akun Muhammad Sahlan yang menyebut bahwa Markus adalah seorang muslim.
Kepala Kemenag Kabupaten Gresik, Markus Firdaus saat dikonfirmasi mengaku dirinya memang sudah mengetahui menjadi korban bully dan berita hoax di Facebook maupun Twitter. Padahal Markus tidak kenal pengirim karangan bunga tersebut.
Menanggapi tudingan itu semua, Kepala Kemenag Kabupaten Gresik, Markus Firdaus memberikan klarifikasinya. Ia menyatakan sejak kecil dirinya sudah belajar di Pondok Pesantren Annawari, Seratengah Bluto Sumenep, Madura.
“Saya sejak MI kelas 3 sudah mondok di Pondok Pesantren Annawari Seratengah Bluto Sumenep Madura sampai tingkat Madrasah Aliyah (SMA), dan kemudian melanjutkan kuliah S1 di Universitas Negeri Surabaya (IKIP),” ujar Markus, Senin (8/7) seperti dikutip dari akun Facebook Forum Anti Fitnah, Hasut dam Hoax.
Markus menambahkan sebelum dilantik menjadi Kepala Kantor Kemenang Kabupaten Gresik, dirinya terlebih dahulu berada di Kanwil Kemenag Jawa Timur (Jatim). “Sebelumnya saya menjabat sebagai Kepala Biro Humas Kanwil Kemenag Jatim selama 2 tahun lebih,” kata Markus.
Ramainya tudingan terkait dirinya di media sosial (medsos), Markus mengaku tidak mempersoalkannya. Nama asli dirinya adalah Markus Firdaus, memang bukan Mahrus. Mungkin keinginan orang tua dulu adalah Mahrus tapi karena logat Madura sehingga menjadi Markus dan memang nama di ijazah sekolah seperti itu (Markus Firdaus,red)
“Orang yang mempertanyakan itu wajar karena dari sisi nama seperti itu. Tapi mudah-mudahan kalau sudah kenal akan memahami siapa saya, bagaimana komitmen saya dengan toleransi. Kita semua pati ingin aman dan nyaman,” imbuh Markus.
Terkait pengirim karangan bunga ucapan selamat, Markus mengaku tidak kenal dan tidak mengetahuinya. Yang Ia tahu pengirimnya berasal dari pengurus Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB).
Terakhir, Ia juga mengucapkan banyak terima kasih kepada orang yang mengirim karangan bunga ucapan tersebut walaupun ia tidak kenal.
“Kita harus saling menghormati dan menghargai demi kemajemukan bangsa tercinta ini, makanya sepatutnya tetap menghormati semua umat beragama, suku dan keberagaman harus tetap kita jaga untuk ke Indonesiaan kita bersama,” ujar Markus.***