Harimau Sumatera Jantan yang Terjerat di Riau Akhirnya Mati
RIAU24.COM - Jumat 5 Juli 2019, Sempat menjalani masa karantina, seekor harimau Sumatera jantan yang terluka akhirnya mati. Harimau
Sumatera yang diberi nama Inung Rio mati di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya (PRHSD).
Seperti yang disampaikan Kepala BKSDA Sumatera Barat Dr Erly Sukrismanto dalam keterangan tertulisnya. Inung Rio terjerat di Desa Sangar, Kecamatan Teluk Meranti, Pelalawan Riau, Maret 2019 dan ditemukan oleh satu pekerja di perusahaan PT Gemilang Cipta Nusantara (RAPP Group) di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER).
Kemudian Wildlife Rescue Unit (WRU) yang terdiri atas BBKSDA Riau dan PRHSD menuju lokasi untuk mengevakuasi Inung Rio. Tim membutuhkan waktu sampai lokasi selama 22 jam, yang harus ditempuh lewat sungai dengan perahu kecil, kemudian dilanjutkan kendaraan darat untuk sampai PRHSD Dharmasraya, Sumatera Barat.
Harimau Sumatera jantan, Inung Rio kemudian dikarantina sejak 25 Maret sampai 11 April 2019. Perawatan dilakukan akibat luka parah di bagian kaki depan kiri dan sempat demam lebih dari 40 derajat Celcius.
Selama perawatan, Inung Rio, harimau berumur tiga tahun dengan berat 95 kilogram saat ditemukan itu, terlihat masih normal beraktivitas. Sifat kewaspadaan Inung Rio juga masih tinggi dan langsung mengeluarkan suara peringatan ketika didekati manusia.
Nafsu makannya juga sangat baik ketika diberi daging babi. Kemudian 12 April 2019, kondisi Inung Rio baik dan tidak memperlihatkan sakit serius, hanya saja Minggu (14 April 2019), aktivitas Inung Rio sudah menurun.
Mulai hilang nafsu makan, kerontokan rambut, air liur berlebih (hypersalivasi), dan mata berair (hiperlakrimasi). Bahkan, terjadi peningkatan frekuensi nafas mulai pukul 16.00-24.00 WIB.
Lalu Senin (15 April 2019), pukul 02.00 WIB, terdapat lendir dalam rongga hidung dan terlihat adanya refleks batuk dengan rata-rata frekuensi nafas 48 kali per menit. Pada pukul 16.42 WIB, Inung Rio mengalami kejang-kejang dengan durasi sekitar dua menit.
Berdasarkan gejala klinis yang terlihat berupa hilangnya nafsu makan, hipersalivasi, hiperlakrimasi, kerontokan rambut, muntah, batuk dan kejang, maka harimau Inung Rio diduga mengalami gangguan pernafasan yang disebabkan infeksi sistemik.
Diagnosa sementara terjadi gangguan sistem pernafasan (pneumonia) dengan suspect infeksi jamur dan bakteri Clostridium tetani, kegagalan sirkulasi darah, gangguan fungsi saraf ringan dan Distemper.
Hasil pemeriksaan laboratorium patologi yang baru keluar pada 25 Mei 2019 menyimpulkan ada perubahan organ utama, terutama paru-paru. Hal itu menjadi penyebab utama atas kematian dan infeksi yang terjadi secara menyeluruh (sistemik), namun belum dapat ditentukan agen patogennya bakteri atau virus.