Menu

Jika Terima Pinangan Gabung Koalisi Jokowi, Gerindra Sama Saja Gali Kuburan Sendiri!

Siswandi 4 Jul 2019, 14:34
Mulyadi bersama Prabowo Subianto dalam sebuah kesempatan. Foto: int
Mulyadi bersama Prabowo Subianto dalam sebuah kesempatan. Foto: int

RIAU24.COM -  

Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Mulyadi, mengingatkan segenap jajaran Partai Gerindra untuk tetap menjadi oposisi, meski tawaran untuk bergabung dengan koalisi Jokowi terus berdatangan. Menurutnya, jika ikut-ikutan bergabung, itu sama saja artinya Gerindra tengah menggali kuburnya sendiri.  

Menurut Mulyadi, oposisi bukan hanya untuk kepentingan elite dalam memberikan kontribusi untuk bangsa.

Namun jauh lebih penting dari itu, bila Gerindra setuju bergabung, itu sama saja artinya menghapus harapan jutaan pendukung Prabowo dan Sandiaga Uno. Padahal, mereka telah memberikan pengorbanan yang tidak sedikit, mulai dari materi, tenaga dan pikiran. Hal itu yang harus dijaga dan dihormati. Bila kepercayaan pendukung telah sirna, maka apa yang telah diupayakan selama ini hanya berakhir sia-sia.

"Proses bernegara harus berjalan dengan mekanisme yang sehat, maka peranan oposisi menjadi fungsi dalam checks and balances dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan konstitusi. Partai Gerindra harus mengambil peranan itu sebagai bagian pengabdian dengan cara mengawal proses bernegara," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Kamis 4 Juli 2019.

Dilansir detik, lebih lanjut Mulyadi mengatakan Gerindra dituntut harus bersabar dengan menjadi oposisi selama lima tahun ke depan.

"Jangan pernah mau hanya dibarter dengan posisi jabatan tapi menghancurkan masa depan," ingatnya.

Strategi Kubur Gerindra
Tak hanya itu, Mulyadi juga punya penilaian sendiri terkaiit ajakan kepada Gerindra untuk bergabung dengan koalisi Jokowi-Ma'ruf.

Menurutnya, hal itu merupakan cara partai-partai pendukung Jokowi untuk mematikan masa depan Gerindra.

"Keinginan koalisi pendukung pemerintah untuk mengajak bergabung buat saya adalah strategi untuk mengubur masa depan Partai Gerindra di tahun 2024. Karena  dengan ikut bergabung, kepercayaan para pendukung militan Pak Prabowo akan hilang. Begitu juga untuk Pak Sandi dan Partai Gerindra," ujarnya lagi.

Namun demikian, Mulyadi mengakui bahwa rekonsiliasi antara Prabowo dan Jokowi juga bersifat penting bagi bangsa. Namun dengan syarakat, rekonsiliasi itu tidak dikaitkan dengan beberapa alasan.

"Jadi jangan beralasan konyol dengan dalih untuk menyelamatkan pendukung 02 yang masih dianggap bermasalah dengan proses hukum, kemudian ada elite yang getol berupaya menggiring Gerindra masuk koalisi pendukung pemerintah," ujarnya.

"Padahal secara tidak sadar elite tersebut sedang menggali kuburan untuk masa depan partai dan aset kader yang punya potensi untuk memiliki peranan penting di negeri ini," tutupnya. ***