Bukan Pesta Demokrasi, Mantan Komisioner Komnas HAM Sebut Pemilu Sebagai Etalase Kematian
RIAU24.COM - Pemilu serentak 2019 menjadi pesta demokrasi paling mahal dengan hilangnya 500an nyawa yang bertugas dalam gelaran tersebut. Alih-alih disebut pesta rakyat, Pemilu 2019 ini lebih cocok disebut sebagai etalase kematian.
Begitu dikatakan Bekas Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai dalam Indonesia Club bertema Tumbal Demokrasi di Bilangan Menteng, Jakarta, Minggu (12/5).
Dikatakan Pigai, pemilu seharusnya menjadi wadah pelaksanaan nilai universal untuk muncul yakni, nilai-nilai HAM, demokrasi, perdamaian dan keadilan.
Tetapi, lanjutnya, yang terjadi dalam pemilu serentak 2019 tidak ubahnya sebuah etalase kematian dari kegagalan terwujudnya nilai universal dalam sebuah hajatan rakyat.
"Pemilu 2019 sudah tidak lagi sekedar demokrasi yang menjunjung nilai kemanusiaan, tetapi sudah menjadi etalase kematian," tukasnya. "Bagi kami sebetulnya bukan soal jumlah, tetapi soal kemanusiaan terutama hak hidup," sambungnya Pigai seperti dilansir rmol.co.
Dua puluh dua hari berlalu setelah Pesta Demokrasi 2019, Penyelenggara Pemilu yang meninggal dunia bertambah menjadi 469 orang. Selain itu, sebanyak 4.602 lainnya dilaporkan sakit.
Terbaru anggota Luhut Ferry Parsaoran Aritonang (43), Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Desa Parbubu I, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut, ditemukan oleh warga tergantung di pohon dengan kondisi membusuk.***
R24/bara