Rusia Disebut Latih Anjing Laut dan Lumba-lumba Jadi Mata-mata Militer
RIAU24.COM - Rabu 1 Mei 2019, Dikabarkan Rusia tengah melakukan pelatihan kepada hewan jenis paus, anjing laut, dan lumba-lumba. Pelatihan ini bukan sembarangan, nantinya hewan mamalia laut itu akan 'dipekerjakan' sebagai agen mata-mata militer.
Seperti dilansir dari DetikINET, paus hingga anjing laut itu disebut akan menjadi alat militer dengan tugas melakukan pemantauan. Dalam 3 tahun terakhir, dikabarkan Presiden Vladimir Putin membuka kembali 3 fasilitas militer Uni Soviet untuk melakukan pelatihan tersebut.
Pelatihan dilakukan oleh Murmansk Sea Biology Research Institute di utara Rusia. Khusus paus beluga, akan dinilai apakah mereka bisa menjaga perbatasan markas Angkatan Laut Rusia, membantu penyelam atau jika perlu membunuh musuh yang masuk ke teritori mereka.
Kemudian anjing laut dan lumba-lumba dilatih buat membawa perangkat untuk penyelaman serta mendeteksi torpedo, ranjau dan amunisi lain yang berada di bawah laut. Catatan publik pemerintah Rusia antara lain menunjukkan bahwa Kementerian Pertahanan membeli 5 lumba-lumba berusia antara 3 sampai 5 tahun. Harga totalnya 18 ribu poundsterling.
Dalam penelitiannya, Murmansk Sea Biology Research Institute menyimpulkan jika lumba-lumba dan anjing laut jauh lebih cocok di iklim Arktik dibandingkan paus beluga. Paus itu dinilai terlalu sensitif terhadap hawa dingin dan tidak memiliki 'profesionalisme tinggi'.
Selelumnya seekor paus beluga di Norwegia pun diduga dilatih oleh mereka menjadi 'agen'. Paus itu amat jinak dan gemar mendekati para nelayan. Ada semacam sabuk di tubuhnya yang mungkin untuk menempatkan kamera mata-mata. Terdapat tulisan 'Equipment of St Petersburg' di sabuk itu. Kemungkinan, sang paus meloloskan diri dari fasilitas militer Rusia.
Memang saat Rusia masih bernama Uni Soviet Tahun 1980-an, sudah punya program pelatihan lumba-lumba militer. Penglihatan hewan cerdas itu amat tajam, kemampuan menyelinap serta ingatan bagus membuat mereka efektif mendeteksi senjata di bawah air.
Hanya saja program itu ditutup pada tahun 1990-an. Kemudian, laporan stasiun televisi Zvevda milik Departemen Pertahanan Rusia pada tahun 2017 mengungkap lagi bahwa Rusia melanjutkan pelatihan serupa. (Sumber: DetikINET)