RIAU24.COM -  TELUK KUANTAN - Guna mengetahui kondisi udara yang disebabkan kebakaran hutan dan lahan, di wilayah Kabupaten Kuantan Singingi. sangat perlu adanya alat HVHS, sebagai alat untuk mengukur kondisi udara seperti PM 10, SOX, dan OX.

"Alat HVHS ini sangat perlu, untuk melakukan pemantauan lapangan (lokasi) bila terjadi kebakaran," ungkap Plt. Kadis Lingkungan Hidup, Drs. Rustam Mahmud melalui Kabid Pengendalian, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Zulkarnaen, S.Si. M.Si ketika dihubungi Riau24.Com diruangkerjanya, Jumat (22/3).

Sebab, dengan adanya alat HVHS ini, maka akan diketahui secara cepat dimana lokasi terjadinya kebakaran, baik hutan maupun Lahan di Kuansing," ujarnya.

Meskipun demikian, katanya, untuk mengetahui terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) saat ini memang telah ada dilakukan pemantauan melalui Satelit NOAA, TERRA AQUA dan NPP 8.

Menurutnya, Dalam upaya penanggulangan Karhutla yang terjadi setiap tahunnya, maka Dinas Lingkungan Hidup akan mengeluarkan Surat Edaran ke setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Camat dan MPA.

"Saat ini kita masih menunggu Surat Edaran dari Bupati, yang isinya Melarang melakukan pembakaran di lahan perkebunan/ hutan," Tambahnya.

Saat ini Dinas Lingkungan Hidup telah memiliki Masyarakat Peduli Api (MPA) di daerah rawan kebakaran/ Desa, yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Dan berdasarkan Data Tahun 2015, telah ada kelompok MPA sebanyak 138 kelompok yang tersebar di 15 Kecamatan," Ujarnya.

Ketika ditanya, di bulan berapa saja terjadi Karhutla di Kuansing, Zulkarnaen menyebutkan biasanya terjadi antara bulan Maret sampai Agustus. " Saat ini memang tidak terjadi adanya Karhutla, dan kalau ada biasanya di lahan yang sudah ditinggalkan, seperti Areal Penggunaan Lain (APL)," pungkasnya.(***)

R24/phi/zar