Dibangun di Tebing Bekas Galian Tambang, Hotel di China Ini Memang Lain dari yang Lain
RIAU24.COM - Bagi yang pertama kali meliatnya, decak kagum pasti akan terlontar saat melihat bangunan InterContinental Shanghai Wonderland di Shanghai, China. Hotel ini bisa dikatakan memang lain dari yang lain. Mulai dari bentuknya, hingga proses pengerjaannya.
Bila datang dari arah depan, gedung hotel ini tampaknya berupa bangunan setinggi dua lantai. Namun jika menengok ke dalam, maka Anda akan disuguhi pemandangan menakjubkan. Ini karena 16 dari 18 lantai hotel berada di bawah permukaan tanah atau tepatnya ada di lubang bekas pertambangan.
Dilansir kompas, hotel itu berada di bekas areal tambang di pinggiran Kota Shanghai. Tambang tersebut telah ditinggalkan sejak tahun 1950-an dan telah ditinggalkan begitu saja, hingga akhirnya sebuah hotel megah dibangun di kawasan itu.
Hotel yang dibuka pada November 2019 lalu, berada di lahan seluas lebih dari 5.600 meter persegi dan dilengkapi dengan 336 ruang kamar. Yang merancangnya adalah firma arsitektur asal Inggris, Atkins. Firma ini juga yang berada di balik pembangunan Burj Al Arab Hotel yang fenomenal, di Dubai, Eni Emirat Arab.
Proses pembangunannya melibatkan 5 ribu pekerja, dengan total waktu hingga 12 tahun. Sedangkan untuk pembangunannya, menghabiskan anggaran hingga Rp4,2 triliun. Hotel ini merupakan properti ke-200 dari InterContinental Hotels Group.
"Mengapa kami mengatakan tidak ada yang dapat dibandingkan dengan proyek hotel ini? Karena ini proyek yang benar-benar baru, belum pernah ada yang melakukan sebelumnya," kata Kepala Insinyur Shimao Property yang membangun InterContinental Shanghai Wonderland, Xiaoxing, dikutip dari Straitimes.
Namun di balik proyek menakjubkan ini terselip cerita unik tentang ide dan proses konstruksinya.
Arsitek dari dari JADE+QA yang bekerja untuk Atkins, Martin Jochman, menyebutkan, konsep hotel ini terinspirasi dari lingkungan itu sendiri.
Menurutnya, lubang bekas tambang itu sudah membentuk kehidupan sendiri meski dulunya merupakan kawasan industri.
Begitu pula dengan desain hotel yang berada di dalam situs tambang, bukan tanpa alasan. Menurut Jochman, lokasi ini dipilih karena memiliki sinar matahari paling terang, bukan hanya untuk kamar tamu namun juga untuk panel surya hotel.
Selain itu, lokasi tebing juga mampu memberikan pendinginan alami kala musim panas sekaligus mengisolasi hotel saat musim dingin.
Namun proses pembangunan hotel juga memiliki kendala tersendiri. Karena lokasinya yang berada di dalam tambang, kontraktor pembangunan harus menggunakan metode lain untuk membawa material bangunan ke dasar lubang.
Oleh karena itu, tim akhirnya mematenkan lebih dari 41 metode rekayasa berbeda selama proses pembangunan. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pembangunan hotel menghabiskan waktu lebih lama. ***