Menu

Saham dan Surat Berharga Sedang Jadi Trend Mahar Nikah di Sumatera Barat

Siswandi 10 Mar 2019, 22:43
saham (ilustrasi)
saham (ilustrasi)

RIAU24.COM -  Saat ini, sedang ada suatu trend baru untuk mahar pernikahan, yang dilakukan kaum milenial di Sumatera Barat. Bukan mobil, rumah atau perhiasan, melainkan  investasi saham dan surat berharga.

Yang terbaru, adalah yang dilakukan pasangan Teja dan Intan. Keduanya baru saja merayakan pernikahan di Aula Universitas Negeri Padang, Sabtu 9 Maret 2019 kemarin.

Yang spesial dari pernikahan itu, adalah maharnya. Sang suami menyerahkan mahar berupa sembilan produk reksadana dan satu set kalung berlian.

Reksadana adalah sarana/wadah investasi bagi sekumpulan investor yang dikelola manajer investasi. Sembilan produk reksadana yang dibeli merupakan reksadana yang diterbitkan sembilan aset manajemen yang berbeda.

"Reksadana yang kami pilih rata-rata berisikan komponen saham, karena semangat kami adalah semangat berinvestasi untuk generasi kami berikutnya serta kita mengetahui bahwa pasar modal Indonesia merupakan pasar yang memberikan keuntungan terbesar di dunia dalam 10 tahun terakhir," ujar Teja, dilansir republika.

Sebelumnya, mahar serupa juga terjadip ada pasangan muda lainnya. Ketika itu, mahar yang diberikan adalah saham Bank Mandiri (BMRI) dan ACE Hardware Indonesia (ACES).

Tiga tahun lalu, terdapat juga pasangan Karyawan PT Semen Padang yang menikah dengan mahar Saham Semen Indonesia yang notabene merupakan Induk dari PT Semen Padang.

Terkait trend baru itu, Pengawas Pasar Modal di Otoritas Jasa Keuangan Sumatera Barat, Taufiq, mengatakan trend itu menunjukkan kesadaran kaum milenial di Sumbar tentang pentingnya berinvestasi. Pihaknya sangat mendukung trend positif untuk sadar berinvestasi ini.

"Kekuatan fondasi ekonomi dan peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak terlepas nilai investasi ditanamkan," ujarnya, melalui keterangan pers, Minggu 10 Maret 2019.

Jika dibandingkan negara lain, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam memberikan keuntungan. Namun di sisi lain, rendahnya minat warga negara Indonesia sendiri membuat keuntungan tersebut diraup oleh investor asing. ***