Menu

Ngungsi ke Wamena, Ribuan warga Nduga Alami Krisis Bahan Pokok

Siswandi 3 Mar 2019, 00:12
Warga Nduga yang mengungsi ke Wamena. Saat ini mereka terancam krisis kebutuhan bahan pokok untuk makan dan minum. Foto: int
Warga Nduga yang mengungsi ke Wamena. Saat ini mereka terancam krisis kebutuhan bahan pokok untuk makan dan minum. Foto: int

RIAU24.COM -  Lebih dari 2 ribu warga Nduga, Papua, saat ini mengungsi ke Wamena. Mereka memilih mencari kondisi aman, setelah trauma dengan rentetan kejadian kontak senjata di daerah mereka.

Namun saat ini, kendala baru tengah terjadi. Pasalnya, mereka sangat membutuhkan bantuan kebutuhan pokok untuk hidup sehari-hari.

Seperti dituturkan Sekretaris Eksekutif Yayasan Teratai Hati Papua, Ence Geong, eksodus warga Nduga itu sudah terjadi sejak 4 Desember 2018 lalu. Saat ini, mereka kesulitan mendapatkan kebutuhan untuk makan dan minum.

Selama ini, warga Nduga yang mengungsi hanya menggantungkan kebutuhan hidupnya kepada keluarga yang menampung mereka selama berada di Wamena.

"Mereka ini hidup dari keluarga yang menampung, dari hasil kebun keluarga yang menampung, beberapa kali memang ada bantuan dari kita di posko, tapi jelas tidak mencukupi," kata Ence, dilansir cnnindonesia, Sabtu 2 Maret 2019 malam tadi.

Saking parahnya kondisi saat ini, Ence mengatakan ada beberapa pelajar sempat pingsan lantaran hanya makan satu kali saja dalam sehari.

"Dua minggu lalu ada beberapa yang pingsan, karena mereka makan terakhir itu Sabtu malam, hari Minggu tidak makan, kemudian Senin pagi ke sekolah tanpa makan, sampai sekolah sudah pingsan," tuturnya.

Selain makanan dan minuman, layanan kesehatan juga dibutuhkan ribuan warga Nduga yang mengungsi tersebut. Hal itu merupakan buntut setelah mereka kesulitan untuk makan dan minum, yang akhirnya memengaruhi kondisi kesehatan mereka.

Ence menyebut Dinas Kesehatan Pemda Nduga pernah memberikan bantuan layanan kesehatan. Namun, hal itu hanya terjadi satu kali saja dan belum pernah ada bantuan layanan kesehatan lagi.

Bahkan dalam tiga bulan ini, setidaknya tercatat empat warga meninggal dunia. Di antaranya seorang tokoh agama atau pendeta, seorang ibu, satu anak muda berusia 25 tahun, dan seorang bayi berusia dua tahun.

"Kami ingin mengadakan (layanan kesehatan) tapi kami tidak punya obat-obatan, kami tidak punya tenaga medis, kami berharap pemerintah bisa mengurus ini," ujarnya.

Sebenarnya, Pemda Nduga mau terlibat untuk memberikan bantuan kepada warganya yang mengungsi di Wamena. Namun, menurut Ence, Pemda masih berfokus pada warga Nduga yang masih bersembunyi di hutan.

"Mereka fokus pada mengurus masyarakat yang bersembunyi di hutan dekat kampung, jadi mereka membawa bantuan ke sana," ujarnya lagi. ***