Menu

Heboh, Pendeta Ini Bisa Hidupkan Orang Mati, Ini Akhir Kisahnya

TIM BERKAS 36 27 Feb 2019, 21:58
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM - Seorang pendeta di Afrika Selatan (Afsel) harus berusan dengan pihak otoritas Afsel, pasalnya beredar dalam sebuah video ia tengah melakukan aksi `menghidupkan` orang yang sudah mati,

Pendeta yang diketahui bernama Alph Lakau ini pun akhirnya menjadi perbincangan public, dan juga ada yang mengecam aksinya tersebut.

Oleh karena itu pihak Otoritas Afsel akhirnya memutuskan memanggil Lukau, dan nantinya akan dilakukan sumpah guna memberikan keterangan terkait aksinya tersebut.

Dilansir dari laman detik.com, Komisi untuk Promosi dan Perlindungan Hak-hak Komunitas Budaya, Agama dan Linguistik  menyebut aksi itu direkayasa untuk berusaha mendapatkan uang dari orang-orang tak berdaya. 

Seperti dilansir media lokal Afsel, Mail & Guardian, Rabu (27/2/2019), Ketua Komisi CRL, Thoko Mkhwanazi-Xaluva, menyatakan organisasinya akan memanggil pendeta Lukau yang memimpin gereja bernama Alleluia Ministries International dan memaksanya menyampaikan pernyataan di bawah sumpah. 

"Kami pikir ini problematik bahwa orang-orang disebut mati atau setengah mati dan kemudian dihidupkan kembali," sebut Mkhwanazi-Xaluva dalam press briefing kepada media setempat. 

"Di bawah situasi normal, dengan seluruh tuduhan terhadapnya, untuk saat ini, bagi profesi apapun, dia akan dinonaktifkan," imbuhnya. 

Dalam video yang viral di media sosial, pendeta Lukau tampak menyentuh perut seorang pria berpakaian serba putih yang terbaring di dalam peti mati. Beberapa saat kemudian, pria di dalam peti itu terbangun dan duduk. Para jemaat yang ada di sekeliling pendeta Lukau kagum dengan hal itu. 

Namun publik mengecam dan olok-olokan terhadap aksi itu bermunculan di media sosial. Komisi CRL sebelumnya menyatakan akan menyelidiki insiden yang menuai kecaman publik itu. 

"Sebagai komisi, kami perlu menyelidiki hingga ke akar masalah ini. Jika kami tidak melakukan itu, orang-orang Afrika Selatan akan teperdaya dan kecerdasan mereka dihina," pungkas Wakil Ketua Komisi CRL, David Mosoma.