Hiii, Desa Ini Dijuluki Desa Ular, Penduduknya Berpenghasilan Rp172 Miliar Per Tahun
RIAU24.COM - Sekilas desa di Cina ini nampak tak berbeda dengan desa-desa lain. Namun ketika kita melihat apa yang menjadi sumber penghidupan sebagian besar warga desa ini, maka akan terlihat jelas desa ini sangat spesial. Ini karena di desa ini penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai peternak ular.
Desa Zisiqiao yang terletak di provinsi Zhejiang merupakan desa sunyi, karena populasi warga di desa tersebut hanya mencapai 600 jiwa. Namun soal jumlah ular di desa ini angkanya mencapai puluhan ribu ekor.
Menurut salah seorang peternak ular di desa ini, Fang Yin dan istrinya Yang Xiaoxia, hidup sebagai petani ular di China Timur adalah pilihan yang tepat. "Awalnya saya takut, tapi sekarang saya sudah terbiasa dengan semua ini," kata Fang dikutip grid.id dari Scmp.com.
Peternakan ular mereka adalah salah satu dari lebih dari 100 peternakan, di Kabupaten Deqing, di mana lebih dari tiga juta ular dibesarkan setiap tahun untuk makanan dan obat-obatan.
Peternakan ular di desa tersebut pertamakali diprakarsai oleh Yang Hongchang, yang mencoba membudidayakan ular pada tahun 1980-an.
Dijuluki “raja ular”, pria berusia 67 tahun itu sekarang memiliki perusahaan yang fokus untuk membuat suplemen makanan dari hewan ini. “Ketika saya masih muda, seluruh desa sangat miskin,” kata Yang.
“Ada banyak danau dan sungai di wilayah ini, dan ada banyak ular yang hidup di air. Jadi kami berpikir untuk menangkap ular dan menjualnya demi uang," tambahnya.
Setelah beberapa tahun, jumlah ular yang tersisa di alam bebas telah punah oleh para pemburu, jadi “raja ular” memutuskan untuk mulai membiakkan mereka sendiri.
Pada tahun pertama, hanya 10 persen dari telur ular menetas, membuatnya merugi lebih dari 10.000 yuan. Tetapi dia bertekad untuk belajar dari kegagalannya.
Tahun berikutnya, tingkat penetasan melonjak hingga 80 persen dan dia berhasil mengangkat lebih dari 30.000 ular. Jenis ular yang banyak dibudidayakan disana adalah viper dan juga ular berbisa lainnya.
Peternak biasanya menjual ular ke perusahaan farmasi China yang mengubahnya menjadi bubuk, beberapa di antaranya diekspor ke Jepang, Korea Selatan, Amerika, dan Eropa.
Kini perdagangan itu telah memberikan pemasukan pada desa yang dulu miskin, sekitar 80 juta yuan (US $ 12 juta) atau setara Rp172 M per tahun.***
R24/bara