Dianggap Kampanye Jokowi, Emak-emak Soraki Jubir TKN Arif Budimanta dengan Teriakan Bohong
RIAU24.COM - Suasana diskusi publik yang digelar Institut Soekarno Hatta di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa 26 Februari 2019 tadi malam, tiba-tiba ricuh dengan teriakan emak-emak peserta diskusi.
Diskusi itu mengangkat tema 'Membedah Isu-isu Strategis pada Debat Capres/Cawapres Demi Kemajuan Bangsa hari ini'.
Kejadian itu bermula saat juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Arif Budimanta, memaparkan program dan prestasi calon presiden petahana Jokowi.
Awalnya, Arif menjelaskan soal redistribusi aset yang dijalankan Jokowi melalui reforma agraria. Arif mengklaim program itu sangat strategis untuk menekan angka kesenjangan penduduk. Selanjutkanya, ia kembali menjelaskan reforma agraria bukan hanya adil soal kepemilikan aset dan bagi-bagi tanah, namun juga akses terhadap infrastruktur.
Namun belum sampai 15 menit Arif memaparkan prestasi Jokowi, ia kemudian berhenti berbicara. Rupanya, ia diteriaki 'bohong' oleh sekelompok ibu-ibu yang hadir di diskusi tersebut.
"Bohong itu, jangan kampanye di sini pak," teriak seorang ibu.
"Boleh saya lanjutkan?" tanya Arif.
"Tidak usah pak, bicara realita saja," kata ibu yang teriak tadi.
Mendengar interupsi itu, Arif terlihat kesal dan mengatakan tak mau menerima emak-emak di acara diskusi.
"Waduh bahaya, lain kali saya tidak mau terima emak-emak lagi," kata Arif.
Namun pernyataan itu membuat situasi makin parah. Pasalnya, Arif terus menerus disoraki kata 'dusta' dan 'bohong' oleh kelompok emak-emak yang hadir.
Walau sudah diminta tenang oleh moderator, suasana diskusi tidak kunjung kondusif. Arif yang juga Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengaku tak bisa melanjutkan diskusi. Ia kemudian minta izin meninggalkan ruangan.
Sebelum pamit, Arif mengatakan bahwa ia dan calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno bersahabat akrab. Untuk itu, ia meminta agar pemilihan presiden (pilpres) 2019 April mendatang berjalan dengan damai.
Sejumlah tokoh juga tampak hadir dalam diskusi tersebut. Di antaranya mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin dan sastrawan Taufiq Ismail. Selain itu, tampak hadir pengamat politik Boni Hargens, pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy dan sejumlah aktivis seperti Syahganda Nainggolan, Sayuti Asyathri, Hatta Taliwang dan Haris Rusli Moty.
Sebelumnya, Din Syamsudin yang juga tampil sebagai pembicara, sempat menyinggung keberadaan para pendukung fanatik di pilpres 2019. Ia menyayangkan, karena fanatisme politik itu terkesan kurang didasari pada literasi politik, kecerdasan informasi, dan pengetahuan politik.
"Banyak saya saksikan lebih karena emosi. Sebagian anak bangsa buta aksara politik. Dalam arti tidak semua punya pengetahuan yang dalam dan utuh tentang calon yang akan dipilih," ujarnya ketika itu, seperti dilansir cnnindonesia. ***