RIAU24.COM -  Pernyataan calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo, yang menyebutkan Pemilu berbiaya rendah, mendapat reaksi dari Direktur Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional pasangan (BPN), Hashim Djojohadikusumo. Menurutnya, apa yang disampaikan Jokowi tersebut tidak logis.

Seperti dirilis media massa, pernyataan tentang pemilu berbiaya rendah itu, sempat dilontarkan Jokowi, dalam debat pertama pilpres, Kamis 17 Januari 2019. Ketika itu, Jokowi menceritakan proses pencalonan dirinya bersama Ahok sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Menurut Hashim, Jokowi memang tak mengeluarkan uang. Hal itu karena seluruh uang yang digunakan Jokowi untuk kepentingan kampanye berasal dari dirinya.

"Pak Jokowi memang tidak keluarkan uang karena uangnya dari saya, uangnya dari saya itu kenyataan. Saya kira ya, maaf ya, tidak benar itu," ujar Hashim, Senin 21 Januari 2019 tadi malam.

Ditambahkannya, saat proses pencalonan sebagai Gubernur DKI tersebut, Jokowi beberapa kali datang ke kantornya untuk meminta bantuan dana kampanye. Hashim juga mengaku masih dapat memberikan bukti soal dana kampanye yang ia berikan kepada Jokowi.

"Saya ada catatan itu, ada data kami bantu untuk Pak Jokowi," terangnya lagi, dilansir kompas.com.

Saat ditanya mengenai jumlah dana kampanye yang diberikan, Hashim enggan menyebut angka pasti. Namun ia memastikan, angkanya lebih besar dari yang pernah diakui Jokowi, yakni Rp6 miliar.

Menurutnya, dana kampanye yang ia berikan saat itu mencapai puluhan miliar. Selain dalam bentuk uang, Hashim juga memberikan bantuan berupa alat peraga kampanye, seperti kaus, kemeja bermotif kotak-kotak dan baliho.

"Maka saya heran waktu di debat kok beliau bilang enggak pakai uang, maaf ya ini tidak logis. Di Indonesia untuk setiap pencalonan harus ada uang, untuk bayar saksi itu berapa, minimal Rp 100.000 atau Rp 300.000," ujarnya lagi. ***

R24/wan