Menu

Ada Wacana BPIP Ganti Ucapan Asslamualaikum dengan Salam Pancasila, Ustadz Zulkarnain Langsung Buat Polling, Ini Hasilnya

Ryan Edi Saputra 21 Feb 2020, 06:31
Ustad Zulkarnain (int)
Ustad Zulkarnain (int)

RIAU24.COM - JAKARTA - Pernyataan Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) beberapa waktu lalu yang mewacanakan mengganti ungkapan “assalamualaikum” dengan “salam Pancasila” menjadi kontroversi ditengah masyarakat.

Menanggapi hal ini, Ustadz Tengku Zulkarnain kewat media sosial twitternya membuat polling setuju dan tidak setuju terkait wacana tersebut.

“Setujukah anda dengan usulan Ketua BPIP, "assalamualaikum diganti "Salam Pancasila?” (Tuliskan komentar anda kenapa tidak setuju, atau kenapa setuju),” kicau ajun @ustadtengkuzul tersebut.

Berdasarkan polling yang dibuatnya pada Kamis (20/2/2020) sore tersebut, Hasilnya 94 persen netizen memilih tidak setuju dan hanya 6 persen netizen memilih setuju.

Pantauan Riau24.com, hingga Jumat (21/2/2020) pagi sudah 19.217 suara yang mengikuti poling yang dibuat Ustadz Zulkarnain tersebut dilaman media sosial twitternya.

Sebagaimana diketahui, seperti dilansir Suara Nasional, Menurut ketua BPIP Perlunya Salam Pancasila di tempat umum sebagai titik temu di antara salam masing-masing agama di Indonesia. 

“Kalau kita salam setidaknya harus ada lima sesuai agama-agama. Ini masalah baru kalau begitu. Kini sudah ditemukan oleh Yudi Latif atau siapa dengan Salam Pancasila. Saya sependapat,” kata Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi dalam wawancara di detik.com beberapa waktu lalu. 

Menurut Yudian, sebelum reformasi sangat nyaman dengan salam nasional. “Sejak reformasi diganti Assalamu’alaikum di mana-mana tidak peduli, ada orang Kristen, Hindu hajar saja dengan Assalamu’alaikum,” ungkapnya. 

Kata Yudian, salam itu maksudnya mohon ijin terhadap seseorang sekaligus mendoakan selamat. Kalau bahasa arabnya Assalamu’alaikum warahmatulloh wabarakatuh. 

“Ada hadits kalau anda jalan, ada orang duduk, maka Anda harus mengucapkan salam. Itu maksudnya adaptasi sosial. Itu jaman agraris. Sekarang jaman industri digital lagi. Misalnya mau menyalip pakai mobil salamnya gimana? Pakai lampu atau klakson,” paparnya. 

Kata Yudian, salam di tempat umum harus menggunakan salam yang sudah disepakati secara nasional.

 

“Dengan kesepakatan nasional misalnya salam Pancasila daripada ulama ribut kalau pakai shalom bisa jadi kristen. Padahal mendoakan orang itu boleh-boleh saja. Sebenarnya kita ngomong shalom kepada orang kristen tidak ada masalah dengan teologis,” pungkasnya. ***