Menu

Dalam Satu Dekade Mendatang Gletser di Papua Diprediksi Akan Menghilang, Ini Alasannya

Devi 14 Dec 2019, 10:27
Dalam Satu Dekade Mendatang Gletser di Papua Diprediksi Akan Menghilang, Ini Alasannya
Dalam Satu Dekade Mendatang Gletser di Papua Diprediksi Akan Menghilang, Ini Alasannya

RIAU24.COM -  Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal milik National Academy of Science, Amerika Serikat, pekan ini, mengatakan bila sejumput gletser yang dimiliki Indonesia di Puncak Jaya, Papua, menyusut dalam tempo yang cepat. Diprediksi gletser tersebut bisa menghilang dalam satu dekade. Sebelumnya ilmuwan memperkirakan gletser-gletser di Papua telah kehilangan sebanyak 85% luasnya sejak beberapa dekade terakhir. Adapun studi teranyar oleh National Academy of Science mencatat luas gletser yang dulu terhampar seluas 2.000 hektar menyusut menjadi kurang dari 100 hektar. Para peneliti juga mencatat laju penurunan es yang meningkat menjadi lima kali lipat lebih cepat hanya dalam beberapa tahun terakhir.

Lonnie Thompson, Professor di School of Earth Science di Ohio State University yang juga salah seorang penulis studi mengatakan, "Karena lokasi gletser di Papua yang relatif rendah, ia akan menjadi yang pertama yang menghilang. Namun yang perlu diperhatikan, nasib gletser-gletser ini adalah indikator bagi kondisi iklim di Bumi."

Prediksi hilangnya gletser bukan pertama kali terjadi di bumi. Sebelumnya, pada pertengahan tahun 2019, Islandia mencatat kepunahan gletser pertama ketika Okjökull menghilang di musim panas. Peristiwa itu dinilai sebagai peringatan bagi 400 gletser lain di kepulauan subartik tersebut. Sementara di jantung Eropa, ilmuwan Swiss melaporkan laju kenaikan emisi CO2 akan memusnahkan 90% gletser di pegunungan Alpina di penghujung abad.

Gletser memiliki mikro ekosistem yang rumit dan sensitif. Sekali mencair, laju penyusutan akan sulit dihentikan.

Hal serupa mengancam antara lain gletser Carstenz yang terhampar seluas 68,6 hektar di ketinggian 4.600 meter di atas permukaan laut. Menurut hasil studi lapangan pada 2010, gletser ini memiliki ketebalan 32 meter dan menyusut sebanyak tujuh meter per tahun.

Fenomena penyusutan gletser di Papua dipercepat oleh fenomena cuaca El Nino, yang membawa udara hangat dan memangkas curah hujan. Selain dampak lingkungan, kepunahan gletser juga diratapi sejumlah suku Papua yang meyakini bentangan es tersebut sebagai lokasi sakral. "Pegunungan dan lembah-lembah adalah kaki dan tangan dewa mereka dan gletser adalah kepalanya," kata Lonnie Thompson. "Jadi kepala dewa mereka akan segera menghilang."

Sambungan berita:  
Halaman: 12Lihat Semua