Menu

Selama Dipimpin Ari Askhara, Banyak Pramugari Garuda Masuk Rumah Sakit Bahkan Diopname

Siswandi 9 Dec 2019, 15:16
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Pramugari yang tergabung dalam Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI), mengungkapkan keluhan mereka saat bekerja di bawah pimpinan mantan Dirut Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara.  

Keluhan itu disampaikan saat bertemu Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, Senin 9 Desember 2019 di Kantor Kementerian BUMN. 

Salah satu yang dikeluhkan adalah tentang padatnya jam kerja awak kabin di masa kepemimpinan Ari. Akibatnya, cukup banyak pramugari yang terpaksa harus dirawat di rumah sakit akibat kelelahan. Bahkan delapan orang di antaranya sempat diopname. 

Dilansir viva, Sekretaris Jenderal IKAGI, Jacqueline Tuwanakotta menuturkan, peraturan yang dibuat direksi terkait jadwal terbang pulang pergi ke luar negeri, membuat para pramugari jadi kewalahan. 

"Itu peraturan yang dibuat oleh direksi dalam hal ini jadwal terbang awak kabin yang tadinya multidesk jadi one day, contoh penerbangan Sidney-Jakarta-Sidney itu harusnya tiga hari, tapi jadi PP (pulang pergi)," ungkapnya kepada wartawan. 

Akibatnya, kebijakan itu membuat awak kabin jadi kelelahan. Bahkan, ada awak kabin yang diopname karena kebijakan ini. 

"Sekarang sudah ada delapan orang yang diopname. Menurut mereka itu masih masuk jam kerja dan terbang. Tapi dalam pengaturan seharusnya tidak boleh abaikan yang namanya static risk management system, itu yang seharusnya tidak boleh diabaikan," ujarnya lagi.

Ditambahkannya lagi, kedatangan pihaknya ke Kantor Kementerian BUMN untuk silaturahmi sekaligus membicarakan kondisi perusahaan. Sehingga ke depan diharapkan hal serupa tak terulang lagi dan bersama-sama membangun Garuda Indonesia. 

Jacqueline tak menampik, awak kabin merasa senang atas pencopotan Ari karena selama ini ada sejumlah kebijakan yang dirasa ganjil. Kebijakan itu seperti mutasi hingga larangan ikut terbang.

"Mereka takut, terancam, melakukan kesalahan sedikit langsung dipindahkan ke Papua, awak kabin yang harusnya pembinaan di-grounded, grounded itu nggak boleh terbang," ujarnya lagi, dilansir detik. ***