Menu

PDIP-Gerindra Kian "Mesra", Pengamat Sebut Akan Ada Agenda Besar

Siswandi 14 Aug 2019, 13:20
Megawati Soekarnoputri saat menjamu Prabowo Subianto di kediamannya Jalan Teuku Umar Jakarta, beberapa waktu lalu. Foto: int
Megawati Soekarnoputri saat menjamu Prabowo Subianto di kediamannya Jalan Teuku Umar Jakarta, beberapa waktu lalu. Foto: int

RIAU24.COM -  Hubungan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, saat ini semakin 'mesra' saja. Karena itu, banyak pihak yang mulai menduga-duga, apa kira-kira yang akan terjadi pada ranah politik Tanah Air, terkait hal itu. Para pengamat menyebutnya, akan ada agenda politik besar, yang lahir dari kedekatan dua partai politik tersebut.  

Salah satu indikasi makin 'mesranya' hubungan antara partai tersebut, belum lama ini Prabowo diundang secara khusus oleh Megawati, untuk hadir pada  Kongres V PDIP di Bali, Kamis (8/8/2019) lalu.

Kini, giliran Gerindra yang akan mengundang Megawati Soekarnoputri dalam hajat mereka. Megawati diundang untuk hadir dalam acara Rapat Koordinasi Nasional Partai Gerindra, September 2019 mendatang.

Menyikapi perkembangan itu, peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial pada Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes, komunikasi yang terjalin antara Megawati dan Prabowo tidak hanya sekadar terkait penyusunan kabinet.

Dilansir kompas, Rabu 14 Agustus 2019, Arya menilai PDIP dan Gerindra pasti juga membicarakan mengenai skema koalisi pada Pilpres 2024 mendatang.

"Saya kira pembicaraan mereka tidak lagi soal kabinet, tapi juga sudah mulai muncul pembicaraan soal (Pilpres) 2024. Saya menduga mereka juga tengah mempersiapkan skema koalisi di 2024," lontarnya.

Untuk membentuk koalisi yang kuat, tambahnya, kemungkinan besar PDIP akan banyak bekerja sama dengan Gerindra pada Pilkada 2020.

Sebab jika mengacu pada hasil Pilkada lalu, PDI-P kalah di beberapa daerah yang dianggap strategis, seperti Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur dan Sumatera Utara.

Sementara, dari hasil Kongres V pekan lalu, partai berlambang banteng itu menargetkan kemenangan di atas 60 persen pada Pilkada 2020. "Butuh koalisi untuk memperkuat mereka di 2024. sebab kemenangan di banyak Pilkada tentu juga memberikan amunisi bagi PDI-P dan Gerindra," kata Arya.

Incar Ketua MPR

Sedangkan peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Lucius Karus, menilai, kedekatan PDI-P dan Gerindra ini hanya terbatas pada dua partai itu saja. Pasalnya, partai politik pendukung Jokowi yang lain, belum menunjukkan kemesraan serupa.

Oleh karenanya, Lucius menyebutkan, agenda politik yang tengah dibahas antara PDIP dan Gerindra adalah terkait kursi pimpinan MPR, bukan kursi kabinet.

"Kalau kursi kabinet nampaknya Gerindra tak bisa hanya mengandalkan PDI-P saja. Kursi kabinet merupakan medan bagi parpol koalisi pendukung Jokowi yang pembagiannya sangat tergantung pada kebijakan Presiden terpilih Jokowi," lontarnya.

Menurutnya, meski peluang Gerindra bergabung ke koalisi tetap ada, tapi lebih besar kemungkinan partai pimpinan Prabowo Subianto itu mengincar kursi Ketua MPR.

Sebab, tak menutup kemungkinan Gerindra tengah melancarkan lobi politik untuk membangun paket calon pimpinan MPR supaya didukung PDI-P. Dalam hal ini, Megawati tak perlu mendapat persetujuan dari partai-partai politik pendukung Jokowi.

"Dia bisa secara otonom membangun paket calon yang terpisah dengan parpol koalisi lain," kata Lucius.

"Dan bersama Gerindra yang juga punya modal jumlah kursi terbanyak ketiga di parlemen, PDIP dan Gerindra tinggal mencari satu dua parpol tambahan beserta kelompok anggota di DPD untuk memastikan kemenangan merebut tahta tertinggi di MPR," ujarnya lagi. ***